lanjutan...
8. Perang Fijar/Fujjar
Pada usia 15 tahun, meletus
perang Fijar antara pihak Quraisy bersama Kinanah, berhadapan dengan pihak Qais
Ailan. Komandan pasukan Quraisy bersama Kinanah dipegang oleh Harb bin Umayyah,
karena pertimbangan usia dan kedudukannya yang terpandang. Pada mulanya pihak
Qais Ailan mendapat kemenangan. Namun, kemudian beralih ke pihak Quraisy
bersama Kinanah.
Dinamakan perang Fijar, karena
terjadi pelanggaran terhadap kesucian Tanah Haram dan bulan-bulan suci.
Rasulullah SAW ikut bergabung dalam peperangan ini dengan cara mengumpulkan
anak panah bagi paman-paman beliau untuk dilemparkan kembali ke pihak musuh.
9. Hilful Fudhul
Peperangan tersebut berdampak
pada terjadinya suatu perjanjian yang disebut dengan Hilful Fudhul pada bulan
Dzulqa’dah, yang merupakan bulan haram. Hampir seluruh kabilah Quraisy
berkumpul dan menghadirinya. Mereka terdiri dari Bani Hasyim, Bani Al-Muthalib,
Asad bin Abdul Uzza, Zahrah bin Kilab, dan Taim bin Murrah. Mereka berkumpul di
kediaman Abdullah bin Jud’an At-Taimi karena factor usia dan kedudukannya. Isi
perjanjian tersebut adalah, mereka bersepakat dan berjanji untuk tidak
membiarkan ada orang yang dizalimi di Mekkah, baik dia penduduk asli maupun
pendatang, dan bila hal itu terjadi mereka akan bergerak menolongnya hingga dia
meraih haknya kembali. Rassulullah SAW menghadiri perjanjian tersebut.
Setelah beliau dimuliakan oleh
Allah dengan risalah , beliau berkomentar,” aku menghadiri suatu perjanjian di
kediaman Abdullah bin Jud’an yang lebih aku sukai ketimbang aku memilih unta
merah ( harta yang paling termahal yang menjadi kebanggaan bangsa Arab ). Andai
pada masa Islam aku diundang untuk menghadirinya, niscaya aku akan memenuhinya.
Semangat perjanjian ini
bertentangan dengan fanatisme jahiliyah yang digembar-gemborkan ketika itu. Di
antara hal yang disebutkan sebagai sebab terjadinya perjanjian tersebut adalah
ada seorang dari Zabid datang ke Mekkah membawa barang dagangannya, kemudian
barang tersebut dibeli oleh Al-Ash bin Wail As-Sahmi. Akan tetapi, dia tidak
memperlakukannya sesuai dengan haknya. Orang tersebut meminta bantuan kepada
sekutu-sekutu Al-Ash namun mereka mengacuhkanya. Akhirnya dia menaiki gunung
Abu Qubais dan menyenandungkan syair-syair yang berisi kezaliman yang tengah dialaminya
dengan suaraa yang keras. Rupanya, Az-Zubair bin Abdul Muthalib mendengar hal
itu dan bergerak menujunya lalu bertanya-tanya,” mengapa orang ini di acuhkan ?”
tak berapa lama kemudian berkumpulah kabilah-kabilah yang telah menyetujui
Hilful Fudhul tersebut, lantas mereka mendatangi Al-Ash bin Wail dan
mendesaknya agar mengembalikan hak orang tersebut, mereka berhasil setelah
membuat suatu perjanjian.
10. menggembalakan kambing
Pada masa awal remaja, Rasulullah
SAW tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat bahwa beliau
biasa menggembala kambing di kalangan bani Sa’ad bin Bakar dan di Mekkah dengan
imbalan uang beberapa dinar.
Ketika berusia dua puluh lima
tahun, beliau pergi berdagang ke negri Syam dengan modal yang diperoleh dari
Khadijah ra. Ibnu Ishaq berkata,” Khadijah binti Khuwailid adalah salah seorang
wanita pedagang yang memiliki banyak harta dan memiliki nasab baik. Dia menyewa
banyak kaum lelaki untuk memperdagangkan hartanya dengan sistem bagi hasil.
Kabilah Quraisy dikenal sebagai pedagang yang handal. Maka tatkala sampai ke
telinganya tentang kejujuran bicara, amanah dan akhlak Rasulullah SAW yang
mulia, dia mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkannya untuk
memperdagangkan harta miliknya ke negri Syam. Dia menyerahkan kepada beliau
barang dagangan yang istimewa, yang tidak pernah dipercayakannya kepada
pedagang-pedagang yang lainnya.
Beliau juga didampingi oleh
seorang pembantunya yang bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran tersebut dan
berangkat dengan barang-barang dagangannya bersama pembantunya tersebut hingga
sampai ke Syam.
11. menikah dengan Khadijah
Ketika beliau pulang ke Mekkah
dan Khadijah melihat betapa amanahnya beliau terhadap harta yang diserahkan
kepadanya begitu pula dengan keberkahan dari hasil perdagangan yang belum
pernah didapatinya sebelum itu, ditambah lagi informasi dari Maisarah,
pembantunya, tentang budi pekerti beliau, kejeniusan, kejujuran dan
keamanahannya ; maka dia seakan menemukan apa yang dicarinya selama ini ( calon
suami ), padahal banyak kaum laki-laki bangsawan dan pemuka yang sangat
berkeinginan untuk menikahinya, namun semua di tolak.
Akhirnya dia menceritakan
keinginan hatinya kepada teman wanitanya, Nafisah binti Munayyah yang kemudian
bergegas menemui beliau dan meminta kesediaan beliau untuk menikahi Khadijah.
Beliau pun menyetujuinya dan menceritakan hal tersebut kepada paman-pamannya.
Kemudian mereka mendatangi paman Khadijah untuk melamar keponakannya. Maka
pernikahanpun berlangsung setelah itu dan akad tersebut dihadiri oleh Bani
Hasyim dan para pemimpin Mudhar.
Hal ini terjadi sepulang beliau
dari Syam. Maskawin beliau berupa 20 ekor unta muda. Usia Khadijah binti
Khuwalid sendiri adalah empat puluh tahun, yang pada masa itu dia merupakan
wanita yang paling terpandang, cantik, pandai, dan kaya. Dia adalah wanita
pertama yang dinikahi Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain
hingga Khadijah binti Khuwalid meninggal dunia.
Putra-putri beliau-selain Ibrahim
yang dilahirkan Mariyah Al-Qithbiyah-dilahirkan dari Khadijah binti Khuwalid.
Mereka adalah Al-Qasim- yang dengan nama ini beliau dijuluki Abul Qasim,
Abdullah yang- yang dijuluki Ath-thayyib dan At-Thahir, Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kaltsum, dan Fatimah. Semua putra beliau meninggal sewaktu kecil. Sedangkan
putrid-putri beliau semuanya hidup pada masa Islam. Mereka semua menganutnya
dan ikut berhijrah, namun semuanya meninggal dunia semasa beliau masih hidup
kecuali Fatimah ra yang meninggal enam bulan setelah beliau wafat.
12. renovasi Ka’bah dan penyelesaian
pertikaian
Pada usia 25 tahun orang-orang
Quraisy sepakat untuk merenovasi Ka’bah, karena Ka’bah itu berupa susunan
batu-batu, lebih tinggi dari badan manusia, tepatnya 9 hasta yang dibangun
sejak masa Ismail, tanpa ada atapnya, sehingga banyak pencuri mengambil
barang-barang berharga yang tersimpan di dalamnya.
Lima tahun sebelum kenabian, kota
Mekkah dilanda banjir besar hingga meluap ke Baitul Haram, sehingga
sewaktu-waktu bisa membuat Ka’bah menjadi runtuh. Konsisi seperti itu membuat
bangunan Ka’bah semakin rapuh dan dinding-dindingnya pun sudah pecah-pecah.
Sementara itu , orang-orang Quraisy dihinggapi rasa bimbang antara merenovasi
dan membiarkannya apa adanya. Namun, akhirnya mereka sepakat untuk hanya
memasukan bahan-bahan banguna yang baik-baik. Mereka tidak menerima dana dari
penghasilan para pelacur, jual beli dengan sistem riba, dan perampasan terhadap
harta orang lain. Meski sudah demikian mereka tetap merasa takut untuk
merobohkannya. Akhirnya Al-Walid bin Mughirah Al-Makhzumi mengawali perobohan
bangunan Ka’bah, lalu diikuti oleh semua orang, setelah tahu tidak ada sesuatu
pun yang menimpa Al-Walid. Mereka terus bekerja merobohkan banguna Ka’bah,
hingga sampai rukun Ibrahim. Setelah itu mereka siap membangunnya kembali.
Mereka membagi sudut-sudut Ka’bah
dan mengkhususkan setiap kabilah dengan bagiannya sendiri-sendiri. Setiap
kabilah mengumpulkan batu-batu yang baik dan mulai membangun. Yang bertugas
menangani urusan Ka’bah ini adalah seorang arsitek berkebangsaan Romawi yang
bernama Baqum-nama aslinya Pachomius.
Tatkala pembangunan sudah sampai
di bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa yang berhak
mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad itu di tempatnya semula. Perselisihan
ini terus berlanjut selama 4 atau 5 hari, tanpa ada keputusan. Bahkan,
perselisihan itu semakin meruncing dan ahmpir saaj menjurus kepada pertumpahan
darah di Tanah Suci.
Akhirnya, Abu Umayyah bin Abu
Mughirah Al-Makhzumi tampil dan menawarkan jalan keluar dari perselisihan di
antara mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapapun yang pertama kali
masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima cara ini. Allah menghendaki orang
yang berhak tersebut adalah Rasulullah SAW. Tatkala mengetahui hal ini mereka
berbisik-bisik,”inilah Al-Amin. Kami rela kepadanya. Inilah dia Muahmmad.
Setelah mereka semua berkumpul di
sekitar beliau dan mengabarkan apa yang harus beliau lakukan, maka beliau
meminta sehelai selendang, lalu beliau meletakan Hajar Aswad tepat di
tengah-tengah selendang, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang saling
berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang, lalu memerintahkan mereka
untuk secara bersama-sama mengangkatnya. Setelah mendekati tempatnya, beliau
mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Ini merupakan cara pemecahan
yang sangat jitu dan memuaskan semua hati orang.
Orang-orang Quraisy kehabisan
dana dari penghasilan yang baik. Maka mereka menyisakan di bagian utara,
kira-kira 6 hasta, yang kemudian disebut Al-Hijr atau Al-Hathim. Mereka membuat
pintunya lebih tinggi dari permukaan tanah agar tidak bisa dimasuki kecuali
oleh orang-orang yang sangat menginginkannya. Setelah bangunan Ka’bah mencapai
15 hasta, mereka memasang atap yang disangga 6 tiang.
Setelah selesai, Ka’bah itu
berbentuk segi empat yang ketinggiannya kira-kira mencapai 15 meter, panajng
sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah 10 X 10 meter. Hajar Aswab
itu sendiri diletakkan dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan pelataran
untuk tawaf. Sisi yang ada dipintu sebaliknya setinggi 12 meter. Adapun
pintunya setinggi 2 meter dari permukaan tanah. Di sekeliling luar Ka’bah ada
pagar di bagian bawah ruas-ruas bangunan, di bagian tengahnya dengan ketinggian
0,25 meter dan lebarnya kira-kira 0,33 meter. Pagar ini dinamakan
Asy-Syadzarawan. Namun, kemudian orang-orang Quraisy meninggalkannya.
Bersambung…………..(biografi beliau secara global sebelum kenabian)
sumber ;
Al-Rahiq
Al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad)
Karya : Syaikh
Safiyyurrahman Al-Mubarakfuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar