Jumat, 02 September 2016

SIRHAH NABAWIYAH ( edisi 7 )

LANJUTAN..

Nasab dan keluarga Nabi SAW
A.      Nasab Nabi SAW
Ada tiga nasab tentang Nabi SAW, yaitu :
1.       Bagian yang disepakati kebenaranya oleh para pakar sirah dan nasab, yaitu sampai Adnan.
2.       Bagian yang mereka perselisihka, yaitu antara nasab yang tidak diketahui secara pasti dan nasab yang harus dibicarakan, tepatnya Adnan ke atas hingga ke Ibrahim as.
3.       Bagian yang sama sekali tidak kita ragukan bahwa didalamnya ada hal-hal yang tidak benar, yaitu Ibrahim as hingga ke Adnan.
Inilah rincian dari tida bagian tersebut :
                 Bagian pertama : Muhammad, bin Abdullah bin Abdulmuthalib ( yang namanya Syaibah), bin Hasyim ( yang namanya Amru), bin Abdul Manaf ( yang namanya Al-Mughirah), bin Qushay ( yang namanya Zaid ), bin Kilab, bin Murrah, bin Ka’ab, bin Lu’ay, bin Ghalib, bin Fihr ( yang berjuluk Quraisy dan menjadi cikal bakal nama kabilah), bin Malik, bin An-Nadr ( yang namanya Qais), bin Kinana, bin Khuzaimah, bin Mudrikah ( yang namanya Amir), bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma’ad, bin Adnan.
                Bagian kedua : Adnan dan seterusnya, yaitu bin Ud, bin Hamaisa’, bin Salaman, bin Aush, bin Bauz, bin Qimwal, bin Ubay, bin Awwam, bin Nasyid, bin Haza’, bin Baldas, bin Yadlaf, bin Tabikh, bin Jahim,  bin Nahisy, bin Makhy, bin Aidh, bin Abqar, bin Ubaid, bin Ad-Da’a, bin Hamdan, bin Sinbar, bin Yastriby, bin Yaulan, bin Yahlan, bin Ar’awy, bin Aidh, bin Daisyan, bin Aishar, bin Afnad, bin Aiham, bin Muqshir, bin Nahits, bin Zarih, bin Sumay, bin Muzay, bin Iwadhah, bin Aram, bin Qaidar, bin Ismail, bin Ibrahim. *Urutan dari Adnan hingga sampai kepada Ibrahim as tersebut masuk dalam kategori kedua yaitu bagian yang masih diperselisihkan kebenaranya oleh para ulama sirah dan pakar nasab. Oleh karena itu kita sebagai masyarakat tidak boleh meyakini terlebih dahulu sebelum ulama yang memutuskan karena ini bukan ranah pembahasan kita sebagai masyarakat. kita cukup mempercayai apa yang telah diputuskan oleh para ulama, hal ini sebagai adab kepada ulama.
                Bagian ketiga :* yaitu Ibrahim dan seterusnya dan ini di yakini terdapat kesalahan dan kita tidak boleh menggunakanya.
B.      Keluarga Nabi SAW
Keluarga Nabi SAW dikenal dengan sebutan Hasyimiyah. Nasab ini di nisbatkan kepada kakeknya, Hasyim bin Abdul Manaf, oleh karena itu, ada baiknya jika menyebutkan sekilas keadaan Hasyim dan keturnan sesudahnya.
1.       Hasyim
Hasyim adalah orang yang memegang urusan air minum dan makanan bani Abdul Manaf. Hasyim sendiri adalah orang kaya raya yang terhormat. Dialah yang pertama kali memberikan remukan roti bercampur kuah kepada orang yang sedang menunaikan ibadah haji dimekah. Dia juga orang ertama kali yang membuka jalur perjalanan dagang dua kali dalam satu tahun bagi orang-orang Quraisy,yaitu sekali pada musim dingin dan sekali pada musim kemarau.
Dantara momen kehidupanya, dia pernah pergi ke Syam  untuk berdagang. Setiba di Madinah, dia menikahi Salma binti Amru dari Bani Adi bin An-Najjar dan menetap disana bersama isterinya. Lalu ia melanjutkan perjalananya ke Syam, sementara isterinya tetap bersama keluarganya, yang saat itu sedang mengandung anaknya, yaitu Abdul Muthalib. Namun Hasyim meninggal dunia setelah menginjakan kaki di Palestina. Kemudian Salma binti Amru melahirkan Abdul Muthalib pada tahun 497 M dengan nama Syaibah, karena ada rambut putih ( uban ) dikepalanya.
Hasyim mempunyai empat putra yaitu, Asad, Abu Shaifi, Nadlah, dan Abdul Muthalib. Juga mempunyai lima putrid yaitu, Asy-Syifa’, Khalidah, Dha’ifah, Ruqayah, dan Jannah.
2.       Abdul Muthalib
Setelah Hasyim meninggal dunia penanganan air minum dan makanandiserahkan kepada saudaranya, yaitu Al-Muthalib bin Abdul Manaf, seorang laki-laki yang terpandang, dipatuhi dan dihormati ditengah kaumnya, yang dijuluki orang-orang Quraisy dengan sebutan Al-Fayyadh ( Sang Demawan), karena dia adalah seorang yang dermawan.
Tatkala Al-Muthalib mendengar kabar bahwa Syaibah ( Abdul Muthalib ) sudah tumbuh menjadi seorang pemuda, maka dia mencarinya. Setelah keduanya saling berhadapan, kedua mata Al-Muthalib meneteskan air mata haru, lalu dia memeluknya dan bermaksud untuk membawanya ke Mekkah. Namun Syaibah ( Abdul Muthalib ) menolak ajakan itu, kecuali jika  ibunya mengizinkannya. Kemudian Al-Muthalib memohon kepada ibu Abdul Muthalib, tetapi permohonannya juga ditolak.
Al-Muthalib lalu berkata, “sesungguhnya dia akan pergi ke tengah kerajaan bapaknya dan Tanah Suci Allah ta’ala.”
Akhirnya ibunya mengizinkanya. Abdul Muthalib pun dibawa ke Mekkah dengan di bonceng diatas unta Al-Muthalib. Sesampainya di Mekkah, orang-orang berkata,” inilah dia Abdul Muthalib .”
Al- Muthalib berkata ,”celakalah kalian. Dia adalah anak saudaraku, Hasyim.”
                Abdul Muthalib menetap dirumah Al-Muthalib hingga menjadi besar. Kemudian Al-Muthalib meninggal dunia di Yaman maka Abdul Muthalib menggantikan kedudukannya. Dia hidup ditengah kaumnya dan memimpin mereka seperti yang telah dilakukan oleh bapak-bapaknya terdahulu. Dia mendapatkan kehormatan yang tinggi dan dicintai ditengah kaumnya, yang tidak pernah didapatkan oleh bapak-bapaknya.
                Namun, Naufal adik bapak Abdul Muthalib atau pamannya sendiri-merebut sebagian wilayah kekuasaanya, yang membuat Abdul Muthalib marah, sehingga ia meminta dukungan kepada beberapa pimpinan Quraisy untuk menghadapi pamannya. Namun, mereka berkata,”kami tidak ingin mencampuri urusan antara dirimu dengan pamanmu”. Maka dia menulis surat yang ditujukan kepada paman-paman dari pihak ibunya, yaitu Bani An-Najjar yang berisikan beberapa bait syair yang intinya meminta pertolongan kepada mereka. Salah seorang pamanya, yaitu Abu Sa’ad bin Adi membawa delapan puluh pasukan berkuda, lalu singgah dipinggiran Mekkah. Kemudian Abdul Muthalib menemui pamannya disana dan berkata,” mari singgah kerumahku, wahai pamanku.”
                Pamannya berkata tidak demi Allah, kecuali setelah aku bertemu dengan Naufal.” Lalu Abu Sa’ad mencari naufal yang saat itu sedang duduk di Hijr bersama beberapa pemuka Quraisy. Abu Sa’ad langsung menghunus pedang dan berkata,”Demi Rabbnya Ka’bah, jika engkau tidak mengembalikan wilayah kekuasaan anak saudariku, maka aku akan menebas pedang ini ke batang lehermu.
                Naufal berkata “ aku sudah mengembalikanya.” Pengembalian ini dipersaksikan oleh pemuka Quraisy, baru setelah itu Abu Sa’ad mau singgah kerumah Abdul muthalib dan menetap disana selama tiga hari. Setelah itu dia melaksanakan umrah lalu pulang kemadinah.
                Melihat perkembangan ini, maka Naufal mengadakan perjanjian perdamaian dengan Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf untuk menghadapi Bani Hasyim. Bani Kuzhaah yang melihat dukungan Bani An-Najjar terhadap Abdul Muthalib berkata,”kami juga melahirkannya sebagaimana kalian melahirkannya. Oleh karena itu, kami juga lebih berhak mendukungnya.”
                Hal di atas bisa dimakmlumi, karena ibu Abu Manaf berasal dari keturunan mereka, sehingga mereka memasuki Darun Nadwah dan mengikat perjanjian persahabatan dengan bani Hasyim untuk menghadapi bani Abdu Syams yang sudah bersekutu dengan Naufal. Perjanjian persahabatan inilah yang kemudian menjadi sebab penaklukan Mekkah.
                Diantara peristiwa penting yang terjadi di Baitul Haram semasa Abdul Muthalib adalah penggalian smur zamzam dan peristiwa pasukan gajah.
Bersambung…………..(3. Abdullah…)   
sumber ;
Al-Rahiq Al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad)
Karya : Syaikh Safiyyurrahman Al-Mubarakfuri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar