Sabtu, 27 Agustus 2016

SIRAH NABAWIYAH (edisi 6)

LANJUTAN ( kondisi ekonomi )

2. Kondisi Ekonomi
Kondisi sosial bangsa Arab yang telah dijelaskan sebelumnya berimbas pada kondisi ekonomi. Hal ini diperjelas dengan cara dan gaya hisup bangsa Arab. Berniaga merupakan sarana terbesar mereka dalam menggapai kebutuhan hidup, namun begitu, roda perniagaan tidak akan stabil kecuali bila keamanan dan perdamaian menbarenginya. Tetapi, kedua situasi tersebut lenyap dari Jazirah Arab kecuali pada bulan-bulan haram saja. Dalam bulan-bulan inilah pasar-pasar terkenal Arab seperti Ukazh, Dzul Majaz, Majinnah, dan lainya beroperasi.
Dalam industri mereka termasuk bangsa yang amat jauh jangkauanya dalam hal itu. Sebagian besar hasil perindustrian yang ada dikalangan bangsa Arab hanyalah berupa tenunan, samak kulit binatang dan lainya. Kegiatan ini ada pada masyarakat Yaman, Hirah, dan pinggiran kota Syam. Benar, di dikawasan domestik Jazirah Arab ada sedikit industry bercocok tanam, membajak sawah, dan beternak kambing, unta, serta sapi. Kaum wanita rata-rata menekuni seni memintal. Namun, barang tersebut sewaktu-waktu dapat menjadi sasaran peperangan. Kemiskinan, kelaparan, serta kehidupan papa menyelimuti masyarakat.
3. kondisi moral
Kita tidak dapat memungkiri bahwa masyarakat Jahiliyah identik dengan kehidupan nista, pelacuran, dan hal-hal lain yang tidak dapat diterima akal sehat dan ditolak oleh perasaan. Namun mereka juga menpunyai akhlak mulia dan terpuji yang amat menawan siapa saja dan membuatnya terkesima dan takjub. Diantara akhlak tersebut adalah.
a.       Kemurahan Hati
Mereka berlomba-lomba dalam sifat ini dan membangga-banggakannya. Setengah dari bait-bait syair-syair mereka penuh dengan ungkapan tentang sifat ini anatara pujian kepada diri sendiri dan orang lain yang memiliki sifat yang sama. Seorang kadang kedatangan tamu di musim dingin yang membeku, kelaparan yang menggelayut serta dalam kondisi tidak memiliki harta apa-apaselain unta betina yang merupakan satu-satunya sumber hidupnya dan keluarganya, tetapi getaran kemurahan hati yang menggema di dada membuat mereka tidak ragu-ragu untuk mempersembahkan suguhan istimewa untuk tamunya, lantas disembelihlah unta satu-saunya tersebut. Di antara pengaruh sifat murah hati tersebut ; mereka sampai-sampai rela menanggung denda yang berlipat dan beban-beban berat demi mecegah pertumpahan darah dan lenyapnya jiwa. Mereka berbangga dengan hal itu dan memuji-muji diri dihadapan tokoh dan pemuka.
Pengaruh lain dari sifat tersebut, mereka memuji-muji diri karena minum khamar. Hal ini sebenarnya bukanlah lantaran bangga dengan esensi minum-minum  itu, tetapi lantaran hal itu merupakan sarana menuju tentranmnya sifat murah hati tersebut, dan sarana untuk memudahkan tumbuhnya jiwa yang boros. Dan lantaran itu pula, mereka menamankan pohon anggur denganAl-Karam, sedangkan arak yang terbuat dari anggur itu mereka namakan Bintul Karam. Jika anda buka kembali buku-buku yang mengoleksi syar-syair jahiliyah, anda akan mememukan bab yang bertema : Al-Madih wa Al- Fakhr ( puji-pujian dan kebanggaan diri ). Dalam hal ini Antarah bin Syaddah Al-Absi menurai bait-baiit syairnya dalam Mu’allaqah-nya :
                Sungguh, aku telah menegak arak ditempat mulia
                Sesudah wanita-wanita penghibur ditelantarkan dnegan cangkir
                Dari kaca kuning di atas nampan nan terangkai bunga
                Dalam genggaman tangan dingin
                Saat aku menegak , sungguh, aku habiskan seluruh hartaku
                Namun, kehormatanku masih sadarkan kala aku tersadarkan,
                Tak’kan lengah menyongsong panggilan
                Sebagaimana hal itu melekat pada sifat dan tabiatku.
Pengaruh lainya dari sifat Al-Karam adalah mereka menyibukan diri dalam bermain judi. Mereka menganggap hal itu sebagai sarana menuju sifat tersebut karena keuntungan yang diraih dalam berjudi tersebut, mereka persembahkan untuk member makan fakir miskin. Atau bisa juga diambil dari sisa keuntungan yang diraih masing-masing pemenang. Oleh karena itu Al-Quran tidak mengingkari manfaat khamar dan judi itu, akan tetapi menyatakan, “dan dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” ( Al-Baqarah : 219)
b.      Menepati janji
Janji dalam tradisi mereka adalah laksana agama yang harus dipegang teguh meskipun untuk mendapatkanya mereka menganggap enteng membunuh anak-anak mereka dan menghancurkan tempat tinggal mereka sendiri. Untuk mengetagui hal itu cukup dengan membaca kisah Hani’ bin Mas’ud Asy-Syaibani, As-Samu’al bin Adiya dan Hajib bin Zurarah At- Tamimi.
c.       Kebanggan terhadap diri sendiri dan sifat pantang menerima pelcehan dan kezhaliman
Implikasi dari sifat ini, tumbunya pada diri mereka keberanian yang amat berlebihan, cemburu buta dan cepatnya emosi meluap. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mau mendengar ucapan yang mereka cium berbau pelecehan dan penghinaan. Dan apabila hal itu sampai terjadi, mereka tak segan-segan menghunus pedang dan mengacungkan tombak, dan mengobarkan peperangan yang panjang. Mereka juga tidak peduli bila nyawa mereka menjadi taruhanya demi mempertahankan sifat tersebut.
d.      Tekad yang tak pernah pudar
Bila mereka sudah bertekad untuk melakukan sesuatu yang mereka anggap suatu kemuliaan dan kebanggaan maka tak ada satupun yang dapat menyurutkan tekad mereka tersebut, bahkan mereka akan nekad menerjang bahaya demi hal itu.
e.      Lemah lembut, tenang, dan waspada
Mereka menyajung sifat-sifat semacam ini. Hanya saja keberadaanya seakan terhalangi oleh amat berlebihannya sifat pemberani dan ketergesaan mereka dalam mengambil sikap untuk berperang.
f.        Gaya hidup lugu dan polos ala badui
Mereka belum terkontaminasi oleh kotoran peradaban dan tipu dayanya Implikasi dari gaya hidup semacam ini, timbulnya sifat jujur, amanah, serta anti menipu dan mengibul.
                Kita melihat bahwa tertatanya akhlak yang amat berharga ini, di samping letak geografis Jazirah Arab dimata dunia adalah sebagai sebaba utama terpilihnya mereka/ untuk mengemban risalah yang bersifat umum dan memimpin sifat manusia dan masyarakat dunia. Sebab, akhlak ini meskipun sebagianya dapat membawa kepada kejahatan dan menimbulkan peristiwa yang tragis, namun seebenarnya ia adalah akhlak yang amat berharga, dan akan menciptakan keuntungan bagi umat manusia secara umum setelah adanya sedikit koreksi dan perbaikan atasnya. Hal ini lah yang dilakukan Islam keika datang.
                Tampaknya, akhlak yang paling berharga dan amat bermanfaat menurut mereka setelah sifat menepati janji adalah sifat kebanggaan pada diri dan tekad pantang surut. Hal demikian, karena tidak dapat mengikis kejahatan dan kerusakan yang ada serta menciptakan sistem yang penuh dengan keadilan dan kebaikan kecuali dengan kekuatan yang memiliki daya gempur dan tekad yang membaja.
                *disitulah sifat terpuji yang ada pada masyarakat jahiliyah. Walaupun mereka hidup dalam kejahiliyahan namun sifat terpuji masih ada dan terjaga di tengah masyarkat Jazirah Arab. Kita sebagai masyarakat masa kini harus lebih cerdas dalam mengambil manfaat dari setiap kejadian yang terjadi dimasa lampau. Seperti kejadian diatas menunjukan bahwa masyarkat jahiliyah masih mempunyai sifat yang dapat kita petik sebagai pelajaran.

   Bersambung………………..( Nasab dan Keluarga Nabi,……)
sumber ;
Al-Rahiq Al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad)
Kaarya : Syaikh Safiyyurrahman Al-Mubarakfuri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar