Selasa, 16 Agustus 2016

Pemikiran Mohammad Natsir



A.Mohhammad Natsir.
1. Biografi Intelektualnya
Mohammad Natsir dilahirkan di Kabupaten Solok,ia dilahirkan dan di besarkan dilingkungan orang-orang yang kuat beragama beragama dan memegang teguh adat istiadatnya. Di usia dela pan tahun Mohammad Natsir memasuki sekolah formal disbuah sekolah yang bernama Holands Islandse School (HIS). Hanya saja ia tidak sampai tamat, namun tidak lama setelah itu ia pndah ke kota padang dan kemudian sekolah di HIS Adabiah Padang.
Karena HIS Adabiah yang ada di Padang adalah sekolah swasta , maka kemudian ayahnya memindahkannya ke sekolahnya ke HIS pemerintah yang ada di Solok yang konon kabarnya sekolah tersebut mengikuti sistem pendidikan barat. Di sekolah itulah Mohammad Natsir mulai berinteraksi dengan sistem kolonial, didaerah solok pulalah Mohammad Natsir pertama kali belajar bahasa Arab dan Fiqh kepada tuanku Mudo Amin.kemudian tidak lama setelah itu,ia pindah lagi ke kota padang dan bersekolah sampai selesai.
Muhmmad Natsir melanjutkan pendidikanya ke Meer Uitgebreid lager Onderwijs ( MULO )setingkat dengan SMP sampai tamat. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Algememe Midelbare School ( AMS ) dibandung.
Diusia 22 Muhammad natsir telah memperoleh ijazah AMS yang sudah memungkinkanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, dengan nilai yang telah di capainya memberi hak kepadanya untuk melanjutkan ke fakultas hukum atau fakultas Ekonomi di Belanda.akan tetapi dia malah memilih untuk bekerja sebagai guru yang mengajar di salah satu MULOyang ada di Bandung.
Dengan berbekal pengalaman sebagai seorang guru. Mohammad Natsir mendirikan lembaga pendidikan islam ( Pendis), yaitu menerapakan pola pendidikan modern dengan mengkombinasikan kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan persantren.maka dalam waktu 10 tahun 1932-1942, lembaga pendidikan islam ( pendis) semakin berkembang dan tumbuh subur di berbagai kota di berbagai kota di Jawa Barat, mulai dari tingkat TK ( Frobel School ),HIS,MULO, dan Kweekschool. Hanya saja setelah bangsa Indonesia berada dibawah penjajahan Jepang, sekolah-sekolah tersebut di tutup,sedangkan Mohammad Natsir pindah kerja ke pemerintahan sebagaikepala biro pendidikan kodya bandung sampai tahun 1945 sekaligus merangkkap sebagai sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta, itulah yang menjadi cikal bakal Universitas Islam Indonesia ( UII ).
Kiprahnya didunia internasional tidak kalah pentingnya dan dapat penghargaan dari berbagai negara. Hanya saja di tanah air tempatnya di besarkan dan dinegara yang ia sendiri ikut memperjuangkan kemerdekaanya dari tangan penjajah ternyata malah tidak mendapat possisi bahkan di deskrit dan dimarjinalkan. Di era Orde Lama ia di tuduh sebagai pemberontak karena ide cemerlangnya yang dilandasi ketulusan memperjuangkan tegaknya ajaran Islamdinegara Indonesia. sementara di era Orde Baru , gerak langkahnya selalu di amati karena ideologi dan pemikiran keislamanyayang utuh dan kepribadian islami yang kental dalam dirinya sehingga ia tetap dianggap sebagai “tamu” yang selalu di pantau gerak geriknya dan tidak di beri kebebasan di rumahnya sendiri.
Pada hari Sabtu 16 Februari tahun 1993, sang maestro dan pemimpin umat yang tidak pernah mengenal lelah dan pantang mundur dari prinsipnya itu berpulang ke Rahmatullah dalam usia 85 tahun. 
2.Kondisi Sosial Masyarakat yang Mengitari
Awal abad ke-20 merupakan masa pergolakan hampir diseluruh dunia tak terkecuali negara-negara yang mayoritas beragama islam. Penjajahan tidak terlepas dari penjarahan ada dimana-mana. Dilain pihak, yang sangat memprihatinkan adalalah kondisi pendidikan baik pendidikan umum yang dikelola oleh pemerintah. Apalagi pendidikan Islami semisal Madrasah dan pesantren yang di bangun dan dibiayai oleh masyarakat muslim Indonesia.
Kondisi sosial masyarakat Indonesia selama masa penjajahan asing itu betul-betul berada dalam keterpurukan di berbagai aspek kehidupan. Kehadiran tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti Mohamad Natsir dengan ide-idenya yang cukup cemerlang seperti memasukkan pelajaran agama Islam kedalam kurikulum sekolah umum,adalah suatu langkah untuk mereformasi kndisi pendidikan yang kurang menguntungkan saat itu.
            Kondisi sosial masyarakat saat itu tidak hanya sebatas larut dalam pergumulan mempertentangkan antara pendapat satu madhzab dengan madhzab lainya dalam masalah furuxiyyah dan bersifat ta’ashshub dikalangan masyarakat awam pengikut madhzab fiqh tertentu, akan tetapi juga dilevel tingkat atas dari kalangan intelektual. Mereka larut mempertahankan dan memperdebatkan anti “ Kebangsaan” dengan bentuk nasionalisme sekuler, memisahkan urusan agama dari negara dan berpolemik dalam masalah ideologi.
3. Perjuangan dan Karyanya
            Tahun 1945 Mohammad Natsir mendirikan Masyumi dan kemudian ia mendeklarasikannya sebagai sebuah partai islam. Hanya saja dalam catatan sejarah, partai ini tidak bertahan lama dan akhirnya dibubarkan. Kemudian setelah itu mohammad Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islam Indonesia ( DDII ) sebagai sebuah gagasan yang menapaki dakwah bil ah-hl. Di antaranya hasil konkritnya adalah berdirinya rumah sakit Islam Ibnu Sina ( yarsi ).
            Ditingkat Internasional,kiprah Mohammad Natsir cukup dikenal yaitu sebagai salah satu pendukung yang konsisten terhadap kemerdekaan dinegara Asia-Afrika. Bahkan menurut Sirozi, Mohammad Natsir adalah konsultan untuk banyak gerakan Islam Internasional, termasuk PLO, mujahidin di Pakistan , Moro di Filipina ,dan gerakan di Bosnia. Dari tahun 1967 sampai wafatnya tahun 1993, ia adalah wakil presiden Kongres Islam dunia yang berpusat di Karachi.


B. Menggagas Berdirinya Dewan Dakwah Islam Indonesia(DDII)
            Diawal pemerintahan Orde baru Mohammad Natsir bersama teman-teman seperjuanganya selalu gigih memperjuangkan agar Masyumi kembali hidup. Oleh karena itu berbagai usaha dan lobi-lobi tingkat tinggi ia lakukan, akan tetati selalu kandas, karena kalngan ABRI sendiri merasa keberatan. Hal itu menurut analisis Thohir Luth, karena keterlibatan tokoh-tokoh Masyumi dalam pemberontakan PRRI semisal Mohammad Natsir sendiri. Oleh karena itu Mohammad Natsir mencari jalan lain dengan meninggalkan dunia politik dan beralih profesi memasuki duni dakwah, bersama dengan tokoh-tokoh lainya, Mohammad Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
 Melalui wadah DDII inilah , Mohammad Natsir bisa membina umat bahkan  menjadikanya semakin dikenal didunia Internasional. Ini menunukan bahwa Mohammad Natsir meniti karirnya yang dimulai dari seorang guru , kemudian memasuki ajang politik karena latar belakang kondisi bangsa Indonesia yang masih dibawah jajahan bangsa asing an juga tuntutan kondisi. Kemudian setelah itu arena politik ia tinggalkan dan ia mengkonsentrasikan diri dalam berdakwah sampai akhir hayatnya.
            Berkat organisasi muslim yang digagasnya ini ia dapat menduduki jabatan dalam berbagai organisasi muslim tingkat dunia seperti , world muslim Congress ,Rabit’ah ‘Alam Islmy, menadi anggota Dewan Mesjid Sedunia.
            Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan DDII dibawah kepemimpinan ketua umumnya yaitu Mohammad Natsir dalam rangka pembinaan akidah umat Islam adalah sebagaimana dirumuskan leh Buchari Taman berikut ini :
1.      Memperluas pengertian dakwah dari pengertian yang hanya sebagai “tabligh” kepada pengertian yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai kelanjutan risalah Nabi Muhammad SAW.
2.      Mengembalikan fungsi mesjid sebagai pusat pembinaan masyarakat seperti di jaman Rasulullah.
3.      Dewan Dakwah Islamiyah memberi pengertian kepada jema’ah bahwa Mohammad Natsir tugas dakwah adalah fardu ‘ain ,kewajiban individu bagi setiap muslim.
4.      Menggiatkan dan meningkatkan mutu dakwah.
5.      Meningkatkan usaha pembentengan / pembelaan akidah umat.
6.      Memmbangkitkan ukhuwah Islamiyah ‘alamiyah ,persaudaraan Islam Internasional.


C.  Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Komponen Pendidikan Islam
1. Asas / Pondasi Pendidikan Islam
            Aspek pendidikan merupakan pemikiran yang paling krusial dan paling utama dalam pandangan Mohammad Natsir . Dasar atau pondasi pendidikan adalah Al-Quran. Al-Quran adalah prinsip dasar pokok-pokok dalam mengatur kehidupan masyarakat. Sedangkan yang berkenaan dengan keduniaan yang selalu bertukar dan berubah-ubah sesuai dengan tempat dan keadaanya diserahkan kepada manusia. Dengan demikian ,yang menjadi asas pendidikan itu adalah Al-Quran, hadist Nabi SAW ,dan juga pemikiran manusia itu sendiri ( Ijtihad ).
a.Al-Quran
            Al-Quran dimata Mohammad Natsir adalah sumber utama ajaran Islam,sumber pengetahuan ,asas pendidikan Islam,dan sekaligus pedoman hidup baik untuk kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
            Sesuatu yang baik harus dipungut sekalipun ia berasal dari barat ,sebab Barat dab Timur adalah kepunyaan Allah SWT. Oleh karena itu seorang pendidik dalam pendidikan islam tidak usah membesar besarkan pertentangan antara Barat dan Timur. Islam itu bukan anti Barat dan pro Timur, khususnya dalam pendidikan Islam hanya mengenal petentangan antara yang haq dan bathil. Inilah salah satu point terpenting dari pemikiran Mohammad Natsir terutama dalam melihat sifat keuniversalan ajaran islam dan keberadaan ilmu pengetahuan yang berimplikasi terhadap kemajuan pendidikan islam.
b. Hadist Nabi SAW
            Hadist Nabi SAW merupakan dasar yang paling penting dalam islam ia menempati posisi kedua setelah Al-Quran sebagai asas pendidikan Islam. Kedua kitab ini menurut Mohammad Natsir berisi kebenaran mutlak . Dalam karyanya ia mengatakan bahwa kedatangan rasulullah SAW bukanlah untuk memaksakan kehendak kepada orang lain, akan tetapi sebagai penyeru dan penyampai risalah kebenaran.
c. Ijtihad
            Al-Quran dan Hadist Nabi SAW dalam pandangan Mohammad Natsir adalah pondasi utama dan dasar normatif bagi tegaknya aktivitas pendidikan islam. Artinya adalah Al-Quran dan Hadist Nabi SAW mengatur hal-hal yang esensial dari pendidikan Islam, sebagai prinsip dasar. Sementara yang sifatnya operasional adalah menurut pemikiran manusia.
            Dalam berbagai tempat dan kesempatan, Mohammad Natsir selalu menyampaikan tentang keberadaan akal sebagai alat berpikir dan berijtihad bagi manusia dan sebagai sarana mengenal tuhan. Bahkan menurutnya salah satu keutamaan ajaran Islam ialah menjunjung keberadaan akal dan meletakanya pada posisi yang paling tinggi.
            Akal dalam pandangan Mohammad Natsir adalah salah satu sarana untuk memperoleh pengetahuan dan sekaligus sebagai alat yang paling ampuh untuk mengenal tuhan sang pencipta. Disamping itu menurutnya, akal merdekalah yang memerdekakan manusia dari kekolotan dan kebekuan berpikir , akal merdekalah yang melepaskan kaum muslimin dari kemalasan-kemalasan.
2. Tujuan Pendidikan
            Tujuan pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dari kmponen-komponen pendidikan. Berangkat dari pengertian pendidikan seperti yang dirumuskan Mohammad Natsir yaitu : suatu pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dalam diri manusia dengan arti yang sesungguhnya.
            Dari paparan Mohammad Natsir dapat dirumuskan tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman ,bertaqwa ,berakhlak mulia ,maju dan mandiri ,sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan.
3.Materi Pendidikan Islam
            Mencermati pemikiran Mohammad Natsir dalam berbagai karyanya, dapat dipahami bahwa pendidikan menurutnya adalah upaya ikhtiyari manusia untuk mengawali dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia.
            Materi pendidikan islam yang sangat mendasar menurut Mohammad Natsir melputi aspek-aspek berikut :
1.)    Aspek akidah (Tauhid)
Pemikiran pendidikan yang berkaitan dengan materi ajar dalam pendidikan islam yang harus dijadikan sebagai sebuah prinsip asalh sebagai berikut :
Pertama, materi pendidikan islam haruslah mengutamakan ajaran tauhiddan pengenalan terhadap sang pencipta.
Kedua, pendidikan islam haruslah bisa mengantarkan anak didik menjadi manusia mengabdi kepada Allah SWT.
Ketiga, anak-anak didik adalah amanah Allah yang dipertaruhkan yang harus di didikdengan sepenuh  hati dan penuh kasih sayang.
2.)    Aspek Ibadat
Ibadat dalam pandangan Mohammad Natsir mempunyai cakupan luas yang tidak hanya berkenaan dengan ibadat mahdah berupa amaliah rutinitas saja, akan tetapi ia merupakan pengejawantahan dari makna yang tersimpul dari kata “tauhid”.
3.)    Pendidikan ketrampilan
Suatu hal yangsepertinya perlu di stresing dan digaris bawahi dari pandangan Mohammad Natsir yaitu pemikiranya tentang output pendidikan islam. Menurutnya, pendidikan islam haruslah bisa menelorkan output yang mandiri yang tidak punya ketergantungan diri kepada orang lain apalagi kepada pemerintah semisal menjadi pegawai negri.
4.)    Aspek sejarah
Disamping kedua materi yang krusial tersebut diatas, materi yang menjadi pendukung adalah sejarah dari umat atau bangsa terdahulu. Perlunya memasukan materi sejauh kedalam pendidikan islam karena mengingat cerita umat masa lalu itu, baik yang kondisinya mencapai puncak kejayaan – dengan segala latar belakangnya – maupun yang berakhir dengan kehancuran,agar menjadi sebuah i’tibar bagi peserta didik.
4. Metode Pendidikan Islam
            Pemikiran Mohammad Natsir dalam bidang pendidikan Islam seperti yang digambarkan sebelumnya tidak saja sebatas materi yang harus relevan dengan tuntutan kebutuhan umat yang berlandaskan tauhid dalam arti luas, akan tetapi juga termasuk dalam aspek metodologi pembelajaran.
            Metode pendidikan yang di terapkanya sangat variatif sesuai dengan kondisi dan tujuan yang akan dicapai, metode tersebut secara gariss besarnya meliputi ;
a.)    Metode cerita
Metode cerita digunakan Mohammad Natsir dalam menanamkan pelajaran Tauhid,baik terhadap peserta didik dilembaga yang dirintisnya maupun simpatisanya yang selalu mengakses tulisanya. Ia mengajak pembaca menengok bagaimana Lukman mengajarkan tauhid kepada anaknya seperti yang dikisah kan dalam Al-quran
      Kisah luqman ini sekaligus mengisyaratkan betapa pentingnya pendidikan akidah ditanamkan sedini mungkin kepada anak didik terutama oleh orang tuanya.
      Dari uraian tersebut dapat di deskripsikan bahwa pembelajaran akidah seperti yang diterapkan oleh Mohammad Natsir itu sangat tepat sekali mengingat peserta didik secara umum cenderung kepada cerita-cerita.
b.)    Metode keteladanan
Melihat gerak langkah Mohammad Natsir dalam membina umat Islam, baik sebelum Indonesia merdeka maupun sesudahnya,-dalam bentuk pendidikan formal maupun nonformal-ia menerapkan dakwah bi al-hal. Artinya melalui perbuatan nyata secara praktis. Mohammad Natsir tidak saja pandai mengajak orang lain untuk melakukan atau memperbuat sesuatu,akan tetapi malah ia sendiri yang pertama-tama melakukanya.
Pemikiran Mohammad Natsir seperti ini diyakini karena ia menyadari bahwa pendidikan islam itu tidak hanya sebatas mengantarkan anak-anak didik menjadi orang pintar. Akan tetapi disamping itu, haruslah membina mereka menjadi manusia-manusia sempurna, baik segi kognitif maupun aspek afektif dan psikomotorik.
Keteladanan pendidik dalam kaca mata Mohammad Natsir sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah proses pendidikan apalagi dalampendidikan Islam. Oleh karena itu, salah satu persyaratan yang menjadi prinsip bagi Mohammad Natsir yang mesti dimiliki pendidik adalh akhlak karimah ( akhlak mulia )
5. Pendidik dan Peserta Didik
            Pendidik dan peserta didik adalah merupakan dua sisi mata uang yang saling terkait satu sama lain. keduanya menurut pendidikan Islam haruslah memiliki hubungan yang sinergis yang harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan.
            Perlunya menjalin hubungan yang baik antara pendidik dengan peserta didik juga terlihat dalam pemikiran Mohammad Natsir. Bahkan tidak hanya sebatas pemikiran teoritis, malah ia wujudkan secara aplikatif. Dalam mendidik umat Mohammad Natsir menampakan hubungan yang harmonis dengan murid muridnya.
            Dalam mendidik umat, Mohammad Natsir kelihatan punya kiat dan cara tersendiri sesuai dengan obsesinya, yaitu secara bertahap membersihkan jiwa umat islam yang selama ini telah dirasuki oleh pemahaman yang sempit terhadap ajaran islam. Ia menyeru umat islam kejalan yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan tidak pernah mengklaim dirinya sebagai seorang yang paling benar apalagi mengkafirkan orang lain.
            Disamping itu suatu hal yang agaknya perlu diteladani dari Mohammad Natsir yaitu tentang perasaan dekatnya kepada para audiensi. Bilamana ia bertemu orang orang yang dikenal, ia selalu menyapa lebih dahulu menyapa mereka menanyakan keadaan mereka , menanyakan keadaan kelarganya , ini suatu bukti konkrit yang mengilustrasikan pentingnya menjalin hubungan dengan peserta didik.
            Tuntutan pendidik agar memiliki kempampuan profesional semakin menjadi issu dalam dunia pendidikan Indonesia . Sedangkan adanya perhatian terhadap peserta didik dan kemampuan menyenangkan hati dalammengikuti pembelajaran merupakan ciri-ciri kompetensi profesional seorang pendidik.
Perlunya perhatian terhadap peserta didik tidak saja dalam pendidikan Mohammad Natsir, malahan Seto Mulyadi sendiri berpendapat seperti itu. menurut pemerhati pendidikan anak ini, kemampuan untuk memaparkan mata pelajaran tidaklah cukup sebagai bukti tentang profesionalismenya seseorang, namun disamping itu, perlu upaya membuat suasana menyenangkan telah tercipta, maka peserta didik. Bilamana suasana menyenangkan telah tercipta, maka peserta didik akan lebih semangat dalam menerima pelajaran.
            Pemikiran Mohammad Natsir tersebut tidak hanya sebatas wacana tanpa aksi , malahan telah ia terapkan dalam membina dan mendidik umat dikala orang lain belum pernah memikirkanya.
            Sekalipun Mohammad Natsir menyadari bahwa sebenarnya pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua kepada anak-anaknya terutama melalui pendidikan informal dirumah tangga. Ada beberapa tugas penting yang harus di usahakan oleh orang tua kepada anak-anaknya, seperti mendidik mereka agar tetap berpegang terhadap syariat, sehingga dengan itu mereka menjadi terbiasa dengan perilaku tersebut.
            Satu hal yang penting di ketengahkan dalam persoalan ini yang sangat krusial dalam pelaksanaan pendidikan dan sering menjadi buah bibir dari Mohammad Natsir , yaitu masalah akhlak yang harus ditanamkan kedalam diri peserta didik. Penanaman ini hendaknya telah dimulaioleh orang tua melalui pendidikan informal. Dengan demikian, hubungan kasih sayang akan tercipta dengan baik.
            Perlunya menjalin hubungan yang baik antar pendidik dengan peserta didik menurut pemerhati siswi-siswi berhijab ini, karena diyakini bahwa pendidikan islam itu tidak hanya sebatas mencetak manusia-manusia pintar yang terampil, akan tetapi juga mengisi dada peserta didik dengan akhlak Islami. Sekalipun tidak secara langsung Mohammad Natsir  mengatakan perlunya seorang guru punya kompetensi kepribadian namun secara tersirat dapat dipahami bahwa ia menginginkan seorang yang berprofesi sebagai guru haruslah berakhlak karimah.
6.Evaluasi Pendidikan Islam
            Pemikiran Mohammad Natsir tantang evaluasi pendidikan islam sejalan dengan pemikiran hasan al-banna. Ia juga berpendapat bahwa evaluasi adalah upaya untuk mengetahui daya serap pesesrta didik. Hanya saja tidak ditemukan ucapanya yang eksplisit membicarakan tentang evaluasi pendidikan secara mendetail apalagi secara operasional.
            Stratemen diatas didasari cuplikan pidato Mohammad Natsir sendiri pada rapat Persatuan Islam di Bogor tanggal 17 Juni 1934 yang teksnya sebagai berikut:
“kita tidak usah bermegah diri dengan apayang telah di capai oleh umat yang telah dahulu dari kita. Mereka menerima apa yang layak mereka terima yang sepadan dengan usaha dan amalan amalan mereka. Kita akan menerima pula yang sepadan dengan usaha dan amalan kita. Kita tidak akan ditanya apa-apa yang mereka ketahui dan yang mereka kerjakan”.
            Kutipan diatas setidaknya menggambarkan pemikiran Mohammad Natsir tentang pertanggung jawaban seseorang di muka tuhanya kelak. Ia hanya ditanya tentang apa-apa yang ia terima dan sekaligus mempertanggung jawabkan di muka sang pencipta. Hal ini dapat di maknai bahwa, yang akan di evaluasi dalam pendidikan Islam adalah daya serap peserta didiknya tentang  materi ajar yang pernah diterima ataupun yang telah di ajarkan.


D. Kesimpulan
            Mohammad Natsir adalah seorang tokoh yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia ia bergerak melalui pemikiran dan pendidikan. Ia berusaha menegakan agama islam di indonesia dengan sebenar-benarnya namun malah dianggap sebagai orang yang berbahaya.
            Ia bergerak di bidang pendidikan dan dakwah dengan membentuk Dewan Dakwah Islam Indonesia ( DDII). Selain itu ia mempunyai metode-metode dan setrategi dalam menyampaikan ajaran Islam.
            Pemikiran Mohammad Natsir meliputi :
1.      Asas / pondasi Pendidikan Islam bertumpu pada ajaran yang termuat dalam Al-Quran dan Hadist Nabi SAW
2.      Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup manusia , yaitu menjadikan anak didik sebagai ibad Allah yang sebenarnya, dan selalu termotivasi untuk berbuat al-amr bi al-marmf wa al-nahy’an al-munkar
3.      Materi pendidikan Islam bertumpu pada ajaran tauhid, sedangkan ibadat dan akhlak merupakan suplemennya, dan pendidikan ketrampilan sebagai materi pendukung.
4.      Metode pendidikan Islam disesuaikan dengan kondisi anak didik, materi dan tujuan yang akan dicapai, serta mengetahui al-faruq al-fardiyyah  dari anak didik
5.      Hubungan pendidik dan anak didik harus selau dijaga secara harmonis, karena melalui hubungan harmonis tersebut pembelajaran akan selalu terasa menyenangkan
E. Kritik dan Saran terhadap buku
            Seharusnya keberhasilan Mohammad Natsir dalam bidang pendidikan lebih dijelaskan secara rinci seperti hasil dari lembaga pendidikan yang di bentuk oleh Mohammad Natsir serta prestasi prestasi lembaga tersebut dibawah kendali seorang Mohammad Natsir.

sumber : 
Dikutip dari sebuah buku yang berjudul : Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir.
penulis : saidan
penerbit : Kementrian Agama RI ( Cetakan Pertama, Desember 2011 )
pengantar : DR.H.M. Hamdar Arraiyah, M.Ag 
halaman : 140-248 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar