A.Mohhammad Natsir.
1.
Biografi Intelektualnya
Mohammad
Natsir dilahirkan di Kabupaten Solok,ia dilahirkan dan di besarkan dilingkungan
orang-orang yang kuat beragama beragama dan memegang teguh adat istiadatnya. Di
usia dela pan tahun Mohammad Natsir memasuki sekolah formal disbuah sekolah yang
bernama Holands Islandse School (HIS).
Hanya saja ia tidak sampai tamat, namun tidak lama setelah itu ia pndah ke kota
padang dan kemudian sekolah di HIS Adabiah Padang.
Karena
HIS Adabiah yang ada di Padang adalah sekolah swasta , maka kemudian ayahnya
memindahkannya ke sekolahnya ke HIS pemerintah yang ada di Solok yang konon
kabarnya sekolah tersebut mengikuti sistem pendidikan barat. Di sekolah itulah
Mohammad Natsir mulai berinteraksi dengan sistem kolonial, didaerah solok
pulalah Mohammad Natsir pertama kali belajar bahasa Arab dan Fiqh kepada tuanku
Mudo Amin.kemudian tidak lama setelah itu,ia pindah lagi ke kota padang dan
bersekolah sampai selesai.
Muhmmad
Natsir melanjutkan pendidikanya ke Meer
Uitgebreid lager Onderwijs ( MULO )setingkat dengan SMP sampai tamat.
Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Algememe
Midelbare School ( AMS ) dibandung.
Diusia
22 Muhammad natsir telah memperoleh ijazah AMS yang sudah memungkinkanya untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi, dengan nilai yang telah di capainya memberi
hak kepadanya untuk melanjutkan ke fakultas hukum atau fakultas Ekonomi di
Belanda.akan tetapi dia malah memilih untuk bekerja sebagai guru yang mengajar
di salah satu MULOyang ada di Bandung.
Dengan
berbekal pengalaman sebagai seorang guru. Mohammad Natsir mendirikan lembaga
pendidikan islam ( Pendis), yaitu menerapakan pola pendidikan modern dengan
mengkombinasikan kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan persantren.maka
dalam waktu 10 tahun 1932-1942, lembaga pendidikan islam ( pendis) semakin
berkembang dan tumbuh subur di berbagai kota di berbagai kota di Jawa Barat,
mulai dari tingkat TK ( Frobel School ),HIS,MULO,
dan Kweekschool. Hanya saja setelah bangsa Indonesia berada dibawah
penjajahan Jepang, sekolah-sekolah tersebut di tutup,sedangkan Mohammad Natsir
pindah kerja ke pemerintahan sebagaikepala biro pendidikan kodya bandung sampai
tahun 1945 sekaligus merangkkap sebagai sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI)
di Jakarta, itulah yang menjadi cikal bakal Universitas Islam Indonesia ( UII
).
Kiprahnya
didunia internasional tidak kalah pentingnya dan dapat penghargaan dari
berbagai negara. Hanya saja di tanah air tempatnya di besarkan dan dinegara
yang ia sendiri ikut memperjuangkan kemerdekaanya dari tangan penjajah ternyata malah tidak mendapat possisi bahkan
di deskrit dan dimarjinalkan. Di era Orde Lama ia di tuduh sebagai pemberontak
karena ide cemerlangnya yang dilandasi ketulusan memperjuangkan tegaknya ajaran
Islamdinegara Indonesia. sementara di era Orde Baru , gerak langkahnya selalu
di amati karena ideologi dan pemikiran keislamanyayang utuh dan kepribadian
islami yang kental dalam dirinya sehingga ia tetap dianggap sebagai “tamu” yang
selalu di pantau gerak geriknya dan tidak di beri kebebasan di rumahnya
sendiri.
Pada
hari Sabtu 16 Februari tahun 1993, sang maestro dan pemimpin umat yang tidak
pernah mengenal lelah dan pantang mundur dari prinsipnya itu berpulang ke Rahmatullah dalam usia 85 tahun.
2.Kondisi
Sosial Masyarakat yang Mengitari
Awal
abad ke-20 merupakan masa pergolakan hampir diseluruh dunia tak terkecuali
negara-negara yang mayoritas beragama islam. Penjajahan tidak terlepas dari
penjarahan ada dimana-mana. Dilain pihak, yang sangat memprihatinkan adalalah
kondisi pendidikan baik pendidikan umum yang dikelola oleh pemerintah. Apalagi
pendidikan Islami semisal Madrasah dan pesantren yang di bangun dan dibiayai
oleh masyarakat muslim Indonesia.
Kondisi
sosial masyarakat Indonesia selama masa penjajahan asing itu betul-betul berada
dalam keterpurukan di berbagai aspek kehidupan. Kehadiran tokoh-tokoh
pergerakan Indonesia seperti Mohamad Natsir dengan ide-idenya yang cukup
cemerlang seperti memasukkan pelajaran agama Islam kedalam kurikulum sekolah
umum,adalah suatu langkah untuk mereformasi kndisi pendidikan yang kurang
menguntungkan saat itu.
Kondisi sosial masyarakat saat itu tidak hanya sebatas
larut dalam pergumulan mempertentangkan antara pendapat satu madhzab dengan madhzab lainya dalam masalah furuxiyyah
dan bersifat ta’ashshub dikalangan
masyarakat awam pengikut madhzab fiqh
tertentu, akan tetapi juga dilevel tingkat atas dari kalangan intelektual.
Mereka larut mempertahankan dan memperdebatkan anti “ Kebangsaan” dengan bentuk
nasionalisme sekuler, memisahkan urusan agama dari negara dan berpolemik dalam
masalah ideologi.
3.
Perjuangan dan Karyanya
Tahun 1945
Mohammad Natsir mendirikan Masyumi dan kemudian ia mendeklarasikannya sebagai
sebuah partai islam. Hanya saja dalam catatan sejarah, partai ini tidak
bertahan lama dan akhirnya dibubarkan. Kemudian setelah itu mohammad Natsir
mendirikan Dewan Dakwah Islam Indonesia ( DDII ) sebagai sebuah gagasan yang
menapaki dakwah bil ah-hl. Di
antaranya hasil konkritnya adalah berdirinya rumah sakit Islam Ibnu Sina (
yarsi ).
Ditingkat Internasional,kiprah Mohammad Natsir cukup
dikenal yaitu sebagai salah satu pendukung yang konsisten terhadap kemerdekaan
dinegara Asia-Afrika. Bahkan menurut Sirozi, Mohammad Natsir adalah konsultan
untuk banyak gerakan Islam Internasional, termasuk PLO, mujahidin di Pakistan ,
Moro di Filipina ,dan gerakan di Bosnia. Dari tahun 1967 sampai wafatnya tahun
1993, ia adalah wakil presiden Kongres Islam dunia yang berpusat di Karachi.
B. Menggagas Berdirinya
Dewan Dakwah Islam Indonesia(DDII)
Diawal pemerintahan Orde baru Mohammad Natsir bersama
teman-teman seperjuanganya selalu gigih memperjuangkan agar Masyumi kembali
hidup. Oleh karena itu berbagai usaha dan lobi-lobi tingkat tinggi ia lakukan,
akan tetati selalu kandas, karena kalngan ABRI sendiri merasa keberatan. Hal
itu menurut analisis Thohir Luth, karena keterlibatan tokoh-tokoh Masyumi dalam
pemberontakan PRRI semisal Mohammad Natsir sendiri. Oleh karena itu Mohammad
Natsir mencari jalan lain dengan meninggalkan dunia politik dan beralih profesi
memasuki duni dakwah, bersama dengan tokoh-tokoh lainya, Mohammad Natsir
mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Melalui wadah DDII inilah , Mohammad Natsir bisa
membina umat bahkan menjadikanya semakin
dikenal didunia Internasional. Ini menunukan bahwa Mohammad Natsir meniti
karirnya yang dimulai dari seorang guru , kemudian memasuki ajang politik
karena latar belakang kondisi bangsa Indonesia yang masih dibawah jajahan
bangsa asing an juga tuntutan kondisi. Kemudian setelah itu arena politik ia
tinggalkan dan ia mengkonsentrasikan diri dalam berdakwah sampai akhir
hayatnya.
Berkat organisasi muslim yang digagasnya ini ia dapat
menduduki jabatan dalam berbagai organisasi muslim tingkat dunia seperti , world muslim Congress ,Rabit’ah ‘Alam Islmy,
menadi anggota Dewan Mesjid Sedunia.
Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan DDII dibawah
kepemimpinan ketua umumnya yaitu Mohammad Natsir dalam rangka pembinaan akidah
umat Islam adalah sebagaimana dirumuskan leh Buchari Taman berikut ini :
1.
Memperluas
pengertian dakwah dari pengertian yang hanya sebagai “tabligh” kepada
pengertian yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai kelanjutan
risalah Nabi Muhammad SAW.
2.
Mengembalikan
fungsi mesjid sebagai pusat pembinaan masyarakat seperti di jaman Rasulullah.
3.
Dewan
Dakwah Islamiyah memberi pengertian kepada jema’ah bahwa Mohammad Natsir tugas
dakwah adalah fardu ‘ain ,kewajiban individu bagi setiap muslim.
4.
Menggiatkan
dan meningkatkan mutu dakwah.
5.
Meningkatkan
usaha pembentengan / pembelaan akidah umat.
6.
Memmbangkitkan
ukhuwah Islamiyah ‘alamiyah ,persaudaraan Islam Internasional.
C. Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Komponen
Pendidikan Islam
1.
Asas / Pondasi Pendidikan Islam
Aspek pendidikan merupakan pemikiran yang paling krusial
dan paling utama dalam pandangan Mohammad Natsir . Dasar atau pondasi
pendidikan adalah Al-Quran. Al-Quran adalah prinsip dasar pokok-pokok dalam
mengatur kehidupan masyarakat. Sedangkan yang berkenaan dengan keduniaan yang
selalu bertukar dan berubah-ubah sesuai dengan tempat dan keadaanya diserahkan
kepada manusia. Dengan demikian ,yang menjadi asas pendidikan itu adalah Al-Quran, hadist Nabi SAW ,dan juga
pemikiran manusia itu sendiri ( Ijtihad ).
a.Al-Quran
Al-Quran dimata Mohammad Natsir adalah sumber utama
ajaran Islam,sumber pengetahuan ,asas pendidikan Islam,dan sekaligus pedoman
hidup baik untuk kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Sesuatu yang baik harus dipungut sekalipun ia berasal
dari barat ,sebab Barat dab Timur adalah kepunyaan Allah SWT. Oleh karena itu
seorang pendidik dalam pendidikan islam tidak usah membesar besarkan pertentangan
antara Barat dan Timur. Islam itu bukan anti Barat dan pro Timur, khususnya
dalam pendidikan Islam hanya mengenal petentangan antara yang haq dan bathil. Inilah salah satu point terpenting dari pemikiran Mohammad
Natsir terutama dalam melihat sifat keuniversalan ajaran islam dan keberadaan
ilmu pengetahuan yang berimplikasi terhadap kemajuan pendidikan islam.
b. Hadist Nabi SAW
Hadist Nabi SAW merupakan dasar yang paling penting dalam
islam ia menempati posisi kedua setelah Al-Quran sebagai asas pendidikan Islam.
Kedua kitab ini menurut Mohammad Natsir berisi kebenaran mutlak . Dalam
karyanya ia mengatakan bahwa kedatangan rasulullah SAW bukanlah untuk
memaksakan kehendak kepada orang lain, akan tetapi sebagai penyeru dan
penyampai risalah kebenaran.
c. Ijtihad
Al-Quran dan Hadist Nabi SAW dalam pandangan Mohammad
Natsir adalah pondasi utama dan dasar normatif bagi tegaknya aktivitas
pendidikan islam. Artinya adalah Al-Quran dan Hadist Nabi SAW mengatur hal-hal
yang esensial dari pendidikan Islam, sebagai prinsip dasar. Sementara yang
sifatnya operasional adalah menurut pemikiran manusia.
Dalam berbagai tempat dan kesempatan, Mohammad Natsir
selalu menyampaikan tentang keberadaan akal sebagai alat berpikir dan
berijtihad bagi manusia dan sebagai sarana mengenal tuhan. Bahkan menurutnya
salah satu keutamaan ajaran Islam ialah menjunjung keberadaan akal dan
meletakanya pada posisi yang paling tinggi.
Akal dalam pandangan Mohammad Natsir adalah salah satu
sarana untuk memperoleh pengetahuan dan sekaligus sebagai alat yang paling
ampuh untuk mengenal tuhan sang pencipta. Disamping itu menurutnya, akal
merdekalah yang memerdekakan manusia dari kekolotan dan kebekuan berpikir ,
akal merdekalah yang melepaskan kaum muslimin dari kemalasan-kemalasan.
2.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dari kmponen-komponen
pendidikan. Berangkat dari pengertian pendidikan seperti yang dirumuskan
Mohammad Natsir yaitu : suatu pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada
kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dalam diri manusia dengan
arti yang sesungguhnya.
Dari paparan Mohammad Natsir dapat dirumuskan tujuan
pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman ,bertaqwa ,berakhlak mulia
,maju dan mandiri ,sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu
beradaptasi dengan dinamika perkembangan.
3.Materi
Pendidikan Islam
Mencermati pemikiran Mohammad Natsir dalam berbagai
karyanya, dapat dipahami bahwa pendidikan menurutnya adalah upaya ikhtiyari manusia untuk mengawali dan
mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia.
Materi pendidikan islam yang sangat mendasar menurut
Mohammad Natsir melputi aspek-aspek berikut :
1.)
Aspek
akidah (Tauhid)
Pemikiran pendidikan yang
berkaitan dengan materi ajar dalam pendidikan islam yang harus dijadikan
sebagai sebuah prinsip asalh sebagai berikut :
Pertama, materi
pendidikan islam haruslah mengutamakan ajaran tauhiddan pengenalan terhadap
sang pencipta.
Kedua, pendidikan islam
haruslah bisa mengantarkan anak didik menjadi manusia mengabdi kepada Allah
SWT.
Ketiga, anak-anak didik
adalah amanah Allah yang dipertaruhkan yang harus di didikdengan sepenuh hati dan penuh kasih sayang.
2.)
Aspek
Ibadat
Ibadat dalam pandangan
Mohammad Natsir mempunyai cakupan luas yang tidak hanya berkenaan dengan ibadat
mahdah berupa amaliah rutinitas saja, akan tetapi ia merupakan pengejawantahan
dari makna yang tersimpul dari kata “tauhid”.
3.)
Pendidikan
ketrampilan
Suatu hal
yangsepertinya perlu di stresing dan digaris bawahi dari pandangan Mohammad
Natsir yaitu pemikiranya tentang output pendidikan islam. Menurutnya,
pendidikan islam haruslah bisa menelorkan output yang mandiri yang tidak punya
ketergantungan diri kepada orang lain apalagi kepada pemerintah semisal menjadi
pegawai negri.
4.)
Aspek
sejarah
Disamping kedua materi
yang krusial tersebut diatas, materi yang menjadi pendukung adalah sejarah dari
umat atau bangsa terdahulu. Perlunya memasukan materi sejauh kedalam pendidikan
islam karena mengingat cerita umat masa lalu itu, baik yang kondisinya mencapai
puncak kejayaan – dengan segala latar belakangnya – maupun yang berakhir dengan
kehancuran,agar menjadi sebuah i’tibar bagi peserta didik.
4.
Metode Pendidikan Islam
Pemikiran
Mohammad Natsir dalam bidang pendidikan Islam seperti yang digambarkan
sebelumnya tidak saja sebatas materi yang harus relevan dengan tuntutan
kebutuhan umat yang berlandaskan tauhid dalam arti luas, akan tetapi juga
termasuk dalam aspek metodologi pembelajaran.
Metode pendidikan yang di terapkanya sangat variatif
sesuai dengan kondisi dan tujuan yang akan dicapai, metode tersebut secara
gariss besarnya meliputi ;
a.) Metode cerita
Metode cerita digunakan
Mohammad Natsir dalam menanamkan pelajaran Tauhid,baik terhadap peserta didik
dilembaga yang dirintisnya maupun simpatisanya yang selalu mengakses tulisanya.
Ia mengajak pembaca menengok bagaimana Lukman mengajarkan tauhid kepada anaknya
seperti yang dikisah kan dalam Al-quran
Kisah
luqman ini sekaligus mengisyaratkan betapa pentingnya pendidikan akidah
ditanamkan sedini mungkin kepada anak didik terutama oleh orang tuanya.
Dari
uraian tersebut dapat di deskripsikan bahwa pembelajaran akidah seperti yang
diterapkan oleh Mohammad Natsir itu sangat tepat sekali mengingat peserta didik
secara umum cenderung kepada cerita-cerita.
b.) Metode keteladanan
Melihat gerak langkah
Mohammad Natsir dalam membina umat Islam, baik sebelum Indonesia merdeka maupun
sesudahnya,-dalam bentuk pendidikan formal maupun nonformal-ia menerapkan
dakwah bi al-hal. Artinya melalui
perbuatan nyata secara praktis. Mohammad Natsir tidak saja pandai mengajak
orang lain untuk melakukan atau memperbuat sesuatu,akan tetapi malah ia sendiri
yang pertama-tama melakukanya.
Pemikiran Mohammad
Natsir seperti ini diyakini karena ia menyadari bahwa pendidikan islam itu
tidak hanya sebatas mengantarkan anak-anak didik menjadi orang pintar. Akan
tetapi disamping itu, haruslah membina mereka menjadi manusia-manusia sempurna,
baik segi kognitif maupun aspek afektif dan psikomotorik.
Keteladanan pendidik
dalam kaca mata Mohammad Natsir sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah
proses pendidikan apalagi dalampendidikan Islam. Oleh karena itu, salah satu
persyaratan yang menjadi prinsip bagi Mohammad Natsir yang mesti dimiliki
pendidik adalh akhlak karimah ( akhlak mulia )
5.
Pendidik dan Peserta Didik
Pendidik dan
peserta didik adalah merupakan dua sisi mata uang yang saling terkait satu sama
lain. keduanya menurut pendidikan Islam haruslah memiliki hubungan yang
sinergis yang harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan.
Perlunya menjalin hubungan yang baik antara pendidik
dengan peserta didik juga terlihat dalam pemikiran Mohammad Natsir. Bahkan
tidak hanya sebatas pemikiran teoritis, malah ia wujudkan secara aplikatif.
Dalam mendidik umat Mohammad Natsir menampakan hubungan yang harmonis dengan
murid muridnya.
Dalam mendidik umat, Mohammad Natsir kelihatan punya kiat
dan cara tersendiri sesuai dengan obsesinya, yaitu secara bertahap membersihkan
jiwa umat islam yang selama ini telah dirasuki oleh pemahaman yang sempit
terhadap ajaran islam. Ia menyeru umat islam kejalan yang benar dengan penuh
kebijaksanaan dan tidak pernah mengklaim dirinya sebagai seorang yang paling
benar apalagi mengkafirkan orang lain.
Disamping itu suatu hal yang agaknya perlu diteladani
dari Mohammad Natsir yaitu tentang perasaan dekatnya kepada para audiensi.
Bilamana ia bertemu orang orang yang dikenal, ia selalu menyapa lebih dahulu
menyapa mereka menanyakan keadaan mereka , menanyakan keadaan kelarganya , ini
suatu bukti konkrit yang mengilustrasikan pentingnya menjalin hubungan dengan
peserta didik.
Tuntutan pendidik agar memiliki kempampuan profesional
semakin menjadi issu dalam dunia pendidikan Indonesia . Sedangkan adanya
perhatian terhadap peserta didik dan kemampuan menyenangkan hati dalammengikuti
pembelajaran merupakan ciri-ciri kompetensi profesional seorang pendidik.
Perlunya
perhatian terhadap peserta didik tidak saja dalam pendidikan Mohammad Natsir,
malahan Seto Mulyadi sendiri berpendapat seperti itu. menurut pemerhati
pendidikan anak ini, kemampuan untuk memaparkan mata pelajaran tidaklah cukup
sebagai bukti tentang profesionalismenya seseorang, namun disamping itu, perlu
upaya membuat suasana menyenangkan telah tercipta, maka peserta didik. Bilamana
suasana menyenangkan telah tercipta, maka peserta didik akan lebih semangat
dalam menerima pelajaran.
Pemikiran Mohammad Natsir tersebut tidak hanya sebatas
wacana tanpa aksi , malahan telah ia terapkan dalam membina dan mendidik umat
dikala orang lain belum pernah memikirkanya.
Sekalipun Mohammad Natsir menyadari bahwa sebenarnya
pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua kepada anak-anaknya terutama
melalui pendidikan informal dirumah tangga. Ada beberapa tugas penting yang
harus di usahakan oleh orang tua kepada anak-anaknya, seperti mendidik mereka
agar tetap berpegang terhadap syariat, sehingga dengan itu mereka menjadi
terbiasa dengan perilaku tersebut.
Satu hal yang penting di ketengahkan dalam persoalan ini
yang sangat krusial dalam pelaksanaan pendidikan dan sering menjadi buah bibir
dari Mohammad Natsir , yaitu masalah akhlak yang harus ditanamkan kedalam diri
peserta didik. Penanaman ini hendaknya telah dimulaioleh orang tua melalui
pendidikan informal. Dengan demikian, hubungan kasih sayang akan tercipta
dengan baik.
Perlunya menjalin hubungan yang baik antar pendidik
dengan peserta didik menurut pemerhati siswi-siswi berhijab ini, karena
diyakini bahwa pendidikan islam itu tidak hanya sebatas mencetak manusia-manusia
pintar yang terampil, akan tetapi juga mengisi dada peserta didik dengan akhlak
Islami. Sekalipun tidak secara langsung Mohammad Natsir mengatakan perlunya seorang guru punya
kompetensi kepribadian namun secara tersirat dapat dipahami bahwa ia
menginginkan seorang yang berprofesi sebagai guru haruslah berakhlak karimah.
6.Evaluasi
Pendidikan Islam
Pemikiran
Mohammad Natsir tantang evaluasi pendidikan islam sejalan dengan pemikiran
hasan al-banna. Ia juga berpendapat bahwa evaluasi adalah upaya untuk
mengetahui daya serap pesesrta didik. Hanya saja tidak ditemukan ucapanya yang
eksplisit membicarakan tentang evaluasi pendidikan secara mendetail apalagi
secara operasional.
Stratemen diatas didasari cuplikan pidato Mohammad Natsir
sendiri pada rapat Persatuan Islam di Bogor tanggal 17 Juni 1934 yang teksnya
sebagai berikut:
“kita tidak usah
bermegah diri dengan apayang telah di capai oleh umat yang telah dahulu dari
kita. Mereka menerima apa yang layak mereka terima yang sepadan dengan usaha
dan amalan amalan mereka. Kita akan menerima pula yang sepadan dengan usaha dan
amalan kita. Kita tidak akan ditanya apa-apa yang mereka ketahui dan yang
mereka kerjakan”.
Kutipan diatas setidaknya menggambarkan pemikiran
Mohammad Natsir tentang pertanggung jawaban seseorang di muka tuhanya kelak. Ia
hanya ditanya tentang apa-apa yang ia terima dan sekaligus mempertanggung
jawabkan di muka sang pencipta. Hal ini dapat di maknai bahwa, yang akan di
evaluasi dalam pendidikan Islam adalah daya serap peserta didiknya tentang materi ajar yang pernah diterima ataupun yang
telah di ajarkan.
D. Kesimpulan
Mohammad Natsir adalah seorang tokoh yang berperan dalam
kemerdekaan Indonesia ia bergerak melalui pemikiran dan pendidikan. Ia berusaha
menegakan agama islam di indonesia dengan sebenar-benarnya namun malah dianggap
sebagai orang yang berbahaya.
Ia bergerak di bidang pendidikan dan dakwah dengan
membentuk Dewan Dakwah Islam Indonesia ( DDII). Selain itu ia mempunyai
metode-metode dan setrategi dalam menyampaikan ajaran Islam.
Pemikiran Mohammad Natsir meliputi :
1.
Asas / pondasi Pendidikan Islam bertumpu
pada ajaran yang termuat dalam Al-Quran dan Hadist Nabi SAW
2.
Tujuan pendidikan sama dengan tujuan
hidup manusia , yaitu menjadikan anak didik sebagai ibad Allah yang sebenarnya, dan selalu termotivasi untuk berbuat al-amr bi al-marmf wa al-nahy’an al-munkar
3.
Materi pendidikan Islam bertumpu pada
ajaran tauhid, sedangkan ibadat dan akhlak merupakan suplemennya, dan
pendidikan ketrampilan sebagai materi pendukung.
4.
Metode pendidikan Islam disesuaikan
dengan kondisi anak didik, materi dan tujuan yang akan dicapai, serta
mengetahui al-faruq al-fardiyyah dari anak didik
5.
Hubungan pendidik dan anak didik harus
selau dijaga secara harmonis, karena melalui hubungan harmonis tersebut
pembelajaran akan selalu terasa menyenangkan
E. Kritik dan Saran
terhadap buku
Seharusnya keberhasilan Mohammad Natsir dalam bidang
pendidikan lebih dijelaskan secara rinci seperti hasil dari lembaga pendidikan
yang di bentuk oleh Mohammad Natsir serta prestasi prestasi lembaga tersebut
dibawah kendali seorang Mohammad Natsir.
sumber :
Dikutip dari sebuah buku yang berjudul : Perbandingan
Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan Mohammad Natsir.
penulis : saidanpenerbit : Kementrian Agama RI ( Cetakan Pertama, Desember 2011 )
pengantar : DR.H.M. Hamdar Arraiyah, M.Ag
halaman : 140-248
Tidak ada komentar:
Posting Komentar