Senin, 22 Agustus 2016

SIRAH NABAWIYAH...(edisi 2)

LANJUTAN.....(Ritual berhala yang dilakukan oleh bangsa arab jahiliyah)


Ritual berhala yang dilakukan oleh bangsa arab jahiliyah :
1.       Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya sambil berkomat kamit dihadapanya. Mereka meminta pertolongan kepadanya tatkala menghadapi kesulitan, berdoa untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
2.       Mereka menunaikan haji dan tawaf di sekeliling berhala, merunduk dan sujud dihadapanya.
3.       Mereka mengadakan penyembahan dengan menyajikan berbagai macam korban, menyembelih hewan piraan dan hewan korban demi berhala dan meneyebut namanya. Dua jenis penyembelihan ini telah disebutkan Allah dalam firman-Nya yaitu dalam Al-Maidah : 03 dan Al-An’am  : 121.
4.       Bentuk peribadatan yang lain, mereka mengkhususkan sebagian daari makanan dan minuman yang mereka pilih untuk disajikan kepada berhala, dan mengkususkan bagaian tertentu dari hasil panen dan binatang  piaraan mereka. Ada juga orang-orang tertentu yang mengkhususkan sebagian lain dari Allah. Yang pasti, mereka mempunyai banyak sebab untuk memberik sesaji kepada berhala yang tidak akan sampai kepada Allah. Apa yang mereka sajikan kepada Allah hanya sampai kepada berhala-berhala mereka. Hal ini tertuang dalam al-quran QS. Al-An’am ayat 136.
5.       Dintra jenis peribadatan yang merkeka lakukan ialah dengan bernazar menyajikan sebagian hasil tanaman dan ternak untuk berhala-berhala itu. Allah berfirman dalam QS.Al-An’am ayat 138.
6.       Beberapa jenis unta yang dijuluk Bahirah, Sa’ibah, Washilah, dan Hami juga diperlakukan sedemikian rupa, Ibnu Ishaq mengisahkan, “Bahirah ialah anak Sa’ibah, unta betina yang telah beranak sepuluh, yang semuanya betina tanpa ada yang jantan. Unta ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil bulunya, dan susunya tidak boleh diminum kecuali oleh tamu. Jika kemudian melahirkan lagi anak betina, mka telinganya harus dibelah. Setelah itu ia harus dilepaskan secara bebas berama induknya, dan harus mendapat perlakuan seperti induknya.
Wasilah adalah domba betina yang selalu melahirkan anak kembar betina  selm lima kali berturut-turut, tidak diselingi anak jantan sama sekali. Domba ini dijadikan sebagai perantara untuk peribadatan. Oleh karena itu mereka berkat “ Aku mendekatkan diri dengan dombaa ini.” Tetapi, bila setelah itu unta mereka melahirkan anak jantan dan tidak ada yang mati, maka domba ini boleh disembelih dan dagingnya dimakan. Hami dalah unta jantan yang telah membuntingi sepuluh betina yang melahirkan anak betina yang melahirkan sepuluh anak betina secara berturut-turut tanpa ada jantanya. Unta seperti ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil bulunya, harus dibiarkan lepas, dan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan apaun. Untuk itu Allah menurunkan QS.Al-Ma’idah : 103 dan Al-An’am : 139.
Namun ada yang menafsirkan binatang ternak tersebut berbeda dengan yang telah disebutka tadi.
Sa’id bin Al-Musayyab telah menegaskan bahwa binatang-binatang ternak dipersembahkan untuk taghut-taghut mereka. Didalam as-shahih disebutkan secara marfu’ bahwa Amru bin Luhay adalah orang pertama yang mempersembahkan unta untuk berhala.
Bangsa arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepadda Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya serta memberiakan manfaat di sisi-Nya, sebagaimana ang dinyatakan dlam Al-Quran yang artinya :
“ kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dngan sedekat-dekatnya.”(Az-zumar : 3 ) serta terdapat dalam surat Yunus : 18.
Orang-orang Arab juga mengundi nasib dengan menggunakan anak panah yangtidak ada bulunya. Anak panah yang digunakan untuk mengundi nasib tersebut diberi tiga tnada ;
1.       Anak panah paertama diberi tanda “ya”.
2.       Anak panah kedua diberi tanda “tidak”.
3.       Dan anak panah ketiga tidak ada apa-apanya.
Mereka mengundi nasib untuk melaksanakan suatu keinginan atau rencana, seperti bepergian atau lain-lainya dengan menggunakan anak panah itu. Jika anak panh yang keluar bertanda “ya”, mereka melaksanakanya. Dan jika yang keluar bertanda “tidak”, mereka menangguhkanya hingga tahun depan dan berbuat sekali lagi. Billa yang keluat anak panah yang tidak bertanda maka mereka mengulanginya lagi.
Selain tiga anak panah bertanda seperti itu, ada jenis lain lagi yang diberi tanda air dan tebusan. Ada juga anak panah yang bertanda “dari golongan kalian” atau “bukan dari golongan kalian” atau “anak angkat”. Jika mereka memperkarakan nasab seseorang, mereka membawa orang tersebut kehadapan hubal, sambil membawa seratus hewan korban dan diserhakan kepada pengundi anak panah. Jika yang keluar tanda “dari golongan kalian” maka orang tersebut merupakan golongan mereka, dan jika yang keluar tanda “bukan dari golongan kalian “, maka orang tersebut hanya sebagai rekan persekutuan, dan jika yang keluar “anak angkat”, maka orang tersebut tak ubahnya anak angkat., bukan termasuk golongan mereka dan juga tidak bisa didudukan sebagai rekan persekutuan.
Perjudian dan undian tidak berbeda jauh dengan hal tersebut, merka membagi daging korban yang telah disembelih berdasarkan undian tersebut.
Mereka juga percaya perkataan peramal, orang pintar dan ahli nujum. Peramal adaalah orang yang mengabarkan sesuatu yang bakal terjadi di kemudian hari. Ia mengaku bisa mengetahui rahasia gaib pada masa mendatang. Di antara oeramal ini ada yang mengaku memiliki pengikut dari golongan jin dan mengabarkan kepada peramal tersebut. Diantara merereka bisa mengetahui hal-hal gaib lewat suatu pemahaman yang dimilikinya. Diantara mereka mengaku bisa mengetahui berbbagai masalah lewat isyarat atau sebab yang memberinya petunjuk, dari perktaan, perbuatan, atau keadaan orang yang bertanya kepadanya. Orang semacam ini biasa disebut paranormal atau orang pintar. Ada pula orang yang mengaku bisa mengetahui orang yang kecurian dan tempat dimana ia kecurian serta orang tersesat dan lain-lain.
   Bersambung………………..(ahli nujum,,……)
sumber ;
Al-Rahiq Al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad)
Kaarya : Syaikh Safiyyurrahman Al-Mubarakfuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar