Ritual berhala yang dilakukan
oleh bangsa arab jahiliyah :
1. Mereka
mengelilingi berhala dan mendatanginya sambil berkomat kamit dihadapanya.
Mereka meminta pertolongan kepadanya tatkala menghadapi kesulitan, berdoa untuk
memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa
memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
2. Mereka
menunaikan haji dan tawaf di sekeliling berhala, merunduk dan sujud
dihadapanya.
3. Mereka
mengadakan penyembahan dengan menyajikan berbagai macam korban, menyembelih
hewan piraan dan hewan korban demi berhala dan meneyebut namanya. Dua jenis
penyembelihan ini telah disebutkan Allah dalam firman-Nya yaitu dalam Al-Maidah
: 03 dan Al-An’am : 121.
4. Bentuk
peribadatan yang lain, mereka mengkhususkan sebagian daari makanan dan minuman
yang mereka pilih untuk disajikan kepada berhala, dan mengkususkan bagaian
tertentu dari hasil panen dan binatang
piaraan mereka. Ada juga orang-orang tertentu yang mengkhususkan
sebagian lain dari Allah. Yang pasti, mereka mempunyai banyak sebab untuk
memberik sesaji kepada berhala yang tidak akan sampai kepada Allah. Apa yang
mereka sajikan kepada Allah hanya sampai kepada berhala-berhala mereka. Hal ini
tertuang dalam al-quran QS. Al-An’am ayat 136.
5. Dintra
jenis peribadatan yang merkeka lakukan ialah dengan bernazar menyajikan
sebagian hasil tanaman dan ternak untuk berhala-berhala itu. Allah berfirman
dalam QS.Al-An’am ayat 138.
6. Beberapa
jenis unta yang dijuluk Bahirah, Sa’ibah, Washilah, dan Hami juga diperlakukan
sedemikian rupa, Ibnu Ishaq mengisahkan, “Bahirah ialah anak Sa’ibah, unta
betina yang telah beranak sepuluh, yang semuanya betina tanpa ada yang jantan.
Unta ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil bulunya, dan susunya
tidak boleh diminum kecuali oleh tamu. Jika kemudian melahirkan lagi anak
betina, mka telinganya harus dibelah. Setelah itu ia harus dilepaskan secara
bebas berama induknya, dan harus mendapat perlakuan seperti induknya.
Wasilah adalah
domba betina yang selalu melahirkan anak kembar betina selm lima kali berturut-turut, tidak diselingi
anak jantan sama sekali. Domba ini dijadikan sebagai perantara untuk
peribadatan. Oleh karena itu mereka berkat “ Aku mendekatkan diri dengan dombaa
ini.” Tetapi, bila setelah itu unta mereka melahirkan anak jantan dan tidak ada
yang mati, maka domba ini boleh disembelih dan dagingnya dimakan. Hami dalah
unta jantan yang telah membuntingi sepuluh betina yang melahirkan anak betina
yang melahirkan sepuluh anak betina secara berturut-turut tanpa ada jantanya. Unta
seperti ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil bulunya, harus
dibiarkan lepas, dan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan apaun. Untuk itu
Allah menurunkan QS.Al-Ma’idah : 103 dan Al-An’am : 139.
Namun ada yang
menafsirkan binatang ternak tersebut berbeda dengan yang telah disebutka tadi.
Sa’id bin
Al-Musayyab telah menegaskan bahwa binatang-binatang ternak dipersembahkan
untuk taghut-taghut mereka. Didalam as-shahih disebutkan secara marfu’ bahwa
Amru bin Luhay adalah orang pertama yang mempersembahkan unta untuk berhala.
Bangsa arab
berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan
bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepadda Allah dan menghubungkan mereka
kepada-Nya serta memberiakan manfaat di sisi-Nya, sebagaimana ang dinyatakan
dlam Al-Quran yang artinya :
“ kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dngan
sedekat-dekatnya.”(Az-zumar : 3 ) serta terdapat dalam surat Yunus : 18.
Orang-orang Arab
juga mengundi nasib dengan menggunakan anak panah yangtidak ada bulunya. Anak panah
yang digunakan untuk mengundi nasib tersebut diberi tiga tnada ;
1.
Anak panah paertama diberi tanda “ya”.
2.
Anak panah kedua diberi tanda “tidak”.
3.
Dan anak panah ketiga tidak ada apa-apanya.
Mereka mengundi
nasib untuk melaksanakan suatu keinginan atau rencana, seperti bepergian atau
lain-lainya dengan menggunakan anak panah itu. Jika anak panh yang keluar
bertanda “ya”, mereka melaksanakanya. Dan jika yang keluar bertanda “tidak”,
mereka menangguhkanya hingga tahun depan dan berbuat sekali lagi. Billa yang
keluat anak panah yang tidak bertanda maka mereka mengulanginya lagi.
Selain tiga
anak panah bertanda seperti itu, ada jenis lain lagi yang diberi tanda air dan
tebusan. Ada juga anak panah yang bertanda “dari golongan kalian” atau “bukan
dari golongan kalian” atau “anak angkat”. Jika mereka memperkarakan nasab
seseorang, mereka membawa orang tersebut kehadapan hubal, sambil membawa
seratus hewan korban dan diserhakan kepada pengundi anak panah. Jika yang
keluar tanda “dari golongan kalian” maka orang tersebut merupakan golongan
mereka, dan jika yang keluar tanda “bukan dari golongan kalian “, maka orang
tersebut hanya sebagai rekan persekutuan, dan jika yang keluar “anak angkat”,
maka orang tersebut tak ubahnya anak angkat., bukan termasuk golongan mereka
dan juga tidak bisa didudukan sebagai rekan persekutuan.
Perjudian dan
undian tidak berbeda jauh dengan hal tersebut, merka membagi daging korban yang
telah disembelih berdasarkan undian tersebut.
Mereka juga
percaya perkataan peramal, orang pintar dan ahli nujum. Peramal adaalah orang
yang mengabarkan sesuatu yang bakal terjadi di kemudian hari. Ia mengaku bisa
mengetahui rahasia gaib pada masa mendatang. Di antara oeramal ini ada yang
mengaku memiliki pengikut dari golongan jin dan mengabarkan kepada peramal
tersebut. Diantara merereka bisa mengetahui hal-hal gaib lewat suatu pemahaman
yang dimilikinya. Diantara mereka mengaku bisa mengetahui berbbagai masalah
lewat isyarat atau sebab yang memberinya petunjuk, dari perktaan, perbuatan,
atau keadaan orang yang bertanya kepadanya. Orang semacam ini biasa disebut
paranormal atau orang pintar. Ada pula orang yang mengaku bisa mengetahui orang
yang kecurian dan tempat dimana ia kecurian serta orang tersesat dan lain-lain.
Bersambung………………..(ahli
nujum,,……)
sumber ;
Al-Rahiq
Al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Sejarah Hidup Nabi Muhammad)
Kaarya : Syaikh
Safiyyurrahman Al-Mubarakfuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar