Rabu, 17 Agustus 2016

Tasawuf



tugas kuliah barang kali bermanfaat ;) 

TUGAS MAKALAH TASAWUF
WAWANCARA TOKOH TAREKAT NAQSABANDIYAH QALIDIYAH PONDOK AL-MANSUR KLATEN
Makalah ini Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Tasawuf
Dosen : Nurrohman, S.ud., M.Hum.
 
Anggota Kelompok :
Dani Rohman                                                            (145131091)
Irfan Aditya Candra                                                  (145131)
Muhammad Gufron                                                   (145131)
Azwar Rakhman                                                         (145131)
Oleh :
Dani Rohman                                                           (145131091)
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2015
Pendahuluan
Kami seluruh anggota kelompok pertama-tama mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena-Nya lah kami dapat melakukan kegiatan ini dengan lancar tanpa hambatan suatu apapun, kepada bapak Nurrohman, S.Ud, M. Hum. Selaku dosen tasawuf yang telah memberikan tugas yang amat bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswa serta bimbinganya dan pengajaranya selama kuliah sehingga kami mendapat banyak pelajaran dan ilmu yang dapat kita ambil dan berguna hingga masa depan semoga menjadi amal jariyah dari Allah SWT, kepada bapak Yusuf Effendi selaku narasumber yang telah bersedia kami wawancara dan memberikan jawaban yang amat membantu dan memuaskan, kepada pengurus pondok putra Al-Mansur yang telah menyambut kami dengan baik dan memberikan fasilitas tempat serta mempertemukan kami dengan narasumber sehingga kami dapat melakukan wawancara secara langsung.
Guna melaksanakan tugas penelitian mata kuliah tasawuf, kelompok kami mengnjungi pondok pesantren Al-Mansur Popongan,Klaten pada tanggal 29 Juni 2016 atau bertepatan dengan 24 Ramadhan 1437 H. Tujuan kami ke pondok tersebut adalah untuk mengetahui kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh tarekat naqsabandiyah qalidiyah di pondok al-mansur tersebut dengan melakukan wawancara kepada pemimpinnya (mursyid) secara langsung namun, karena sang mursyid berhalangan kami menghubungi pengurus pondok al-mansur untuk meminta bantuan. Akhirnya kami di pertemukan oleh seorang anggota tarekat yang sudah dibaiat dan juga salah satu orang kepercayaan mursyid yang sebelumnya. Beliau bernama Yusuf effendi dan kami melakukan wawancara di pondok putra al-mansur bersama beliau secara langsung. Dalam kegiatan ini kami mendapat banyak sekali ilmu dan pengetahuan dari pondok tersebut meskipun sang narasumber tidak menjawab pertanyaan kami karena alasan yang berhak menjelaskannya adalah mursyid. Kami hanya melakukan wawancara seputar tarekat naqsabandiyah qalidiyah dan tidak membahas pondok al-mansur tersebut. Walaupun banyak kekurangan dalam penelitian kami dikarenakan keterbatasan kami juga karena kami masih dalam tahap belajar namun, kami telah berusaha secara maksimal untuk mengerjakan tugas ini dan ini adalah hasilnya yang semoga bermafaat bagi setiap pembaca. Kami mohon maaf atas setiap kekurangan dan terimakasih atas perhatian dan dukunganya.


Pembahasan
1.              Sejarah Tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah di pondok Al-Mansur Desa Popongan,Klaten
Tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah dibawa dan diajarkan oleh KH. Muhammad Mansur yang berasal dari Mranggen, Demak, Jawa Tengah dia dikenal masyarakat dengan mbah Mansur juga sebagai pendiri pondok Al-Mansur Popongan. Beliau putra Muhammad Abdul Hadi Giri Kusumo yang juga seorang mursyid di daerah Mranggen, Demak. Ia diperintahkan oleh ayahnya Hadi Giri Kusumo untuk pergi ke arah selatan akhirnya ia ditempatkan di Jamsaren, Solo untuk belajar. Namun ia diperintahkan untuk berpindah kearah yang lebih selatan lagi hingga sampai ke Popongan, Klaten. Mbah Mansur menikah dengan nyai Maryam putri dari tokoh masyarakat yang bernama mbah Fadil. Kemudian medirikan pondok ( tarekat ) yang sekarang masuk dalam komplek pondok Al-Mansur dikenal dengan pondok sepuh pada tahun 1926 M. Pada tahun yang sama di bangunlah masjid di desa Popongan, Klaten dengan nama masjid Al-Mansur. Pondok tersebut adalah pondok tertua yang terdapat di Klaten. Setelah mbah Mansur wafat pada tahun 1955 M dan diganti oleh cucunya yaitu mbah Salman dan sekarang di pegang oleh Multazam atau masyarakat sekitar memanggilnya gus Tazam.
2.              Ritual
Tujuan tarekat menurut Yusuf Effendi seorang anggota tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah adalah mendekatkan diri kepada Allah untuk menenangkan hati dengan cara dzikir. Menurutnya semua anggota badan manusia dapat digunakan untuk berdzikir.
Dalam tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah Popongan terdapat mursyid sebagai seorang guru, pemimpin yang harus dipatuhi dan memimpin setiap ritual, mursyid dipilih dari ketrunan mursyid pula. Mursyid mempunyai badal adalah seorang wakil dari muryid orang yang dipercaya mursyid untuk menjadi tangan kanannya dan  dipilih oleh sang mursyid sendiri diambil dari anggota tarekat yang telah dibaiat.
Tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah Popongan menggelar ritual / sebanyak 4 kali dalam satu tahun pada bulan Romadhon, Maulid, Muharam (Suro), dan pada bulan Rajab. Waktu pelaksanaan 10 hari setiap ritual dan harus puasa selama 10 hari atau 20 hari tergantung mursyid yang menenukan. Juga dilarang makan dari makhluk yang bernyawa dan menggunakan moto (penyedap rasa) dalam setiap masakan. Mereka melakukan ritual pada awal bulan namun juga bisa diundur jika pada hari tersebut bertepatan dengan hari tertentu semisal haulnya mursyid yang telah meninggal.
Peserta ritual adalah anggota tarekat yang telah dibaiat. Baiat hanya bisa dilakukan oleh seorang mursyid saja dengan cara :
a.       Orang yang akan dibaiat harus menghadap langsung kepada mursyid ( sowan mursyid )
b.      Biasanya mursyid akan memerintahkan mandi taubat dan juga sholat taubat.
c.       Peserta baiat akan mendapat doa khusus dari mursyid.
d.      Mursyid akan melakukan ritual bertempat di pondok sepuh komplekpondok al-masur untuk mengetahui apakah peserta tersebut diijinkan memasuki tarekat tersebut atau tidak.
3.         Pandangan dan sikap dalam menghadapi perbedaan
Walaupun mereka menginduk pada organisasi NU namun mereka terbuka dengan semua organisasi yang lain baik Muhammadiyah, HTI, Persis, dan yang lainya. Dalam penentuan hari besar mereka juga mengikuti NU termasuk dalam penentuan awal Romadhon dan 1 Syawal yang sejalan dengan pemerintah.
Dalam memandang perbedaan atau kelompok yang tidak sepaham dengan mereka ( tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah ) mereka tidak terlalu ikut campur bahkan jika ada yang membid’ah kan ajaran, ritual mereka, mereka tidak akan menanggapi karena prinsip mereka adalah menghormati kepercayaan orang lain. Ketika disinggung tentang masalah seorang kyai yang ceramah digereja, mereka menjelaskan itu adalah untuk persatuan seperti apa yang telah di sampaikan oleh Gusdur.
Sedang ketika mereka jika menghadapi kelompok – kelompok yang di anggap sesat mereka akan memastikan terlebih dahulu apakah kelompok itu benar-benar tidak sesuai dengan ajaran Islam dan berbahaya bagi umat Islam maka mereka dengan tegas akan menolak. Begitu pula terhadap kelompok-kelompok ekstrim yang berpaham radikal terutama bagi generasi muda saran mereka adalah berhati-hati dalam bergaul.
4.    Nasihat bagi para Mahasiswa.
Kami mendapat nasihat ini dari yusuf effendi ( mas yusuf) berpesan agar para mahasiswa tidak ikut-ikutan dalam melakukan sesuatu tanpa mengetahui tujuannya secara pasti. Lebih baik menjadi diri sendiri tanpa mengikuti orang lain yang belum tentu lebih baik dari kita. tekuni  bidang yang telah di pilih dan fokus agar mendapatkan hasil maksimal, belajarlah bukan hanya untuk diri sendiri agar berguna untuk orang lain. Majukan agama dan bangsa dengan ilmu yang kau miliki bukan hanya dengan semangat namun juga harus mempunyai pedoman ilmu.
5.    Tanggapan saya ( Dani Rohman)
Menurut saya banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari perjalanan tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah ( KH Mansur ) hingga mampu mendirikan pondok pesantren Al-Mansur Popongan. Juga ajaran mereka yang tidak suka menyalah-nyalahkan kelompok lain seperti saat sekarang ini banyak sekali kelompok/organisasi yang menolak persatuan hanya karena masalah yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan , hal yang sangat diperlukan agar semua umat Islam di Indonesia ini dapat bersatu. Sehingga Islam tidak lagi dipandang negatif  dan suka bercerai-berai.


Penutup
a.                Kesan
Tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah Klaten sangat terbuka terhadap orang luar . begitu yang kami alami saat mengujungi pesantren Al-Mansur Popongan. Begitu banyak hal-hal yang bermanfaat yang kami dapat terlepas tugas yang kami lakukan. Mulai dari sikap warga setempat, para pengurus pondok pesantren, narasumber, dan yang lainya yang begitu baik dalam menerima kami . mungkin ini semua tak terlepas dari pondok pesantren dan tarekat yang membina masyarakat di daerah tersebut. Kami seluruh anggota kelompok mengucapkan banyak terima kasih kepada pondok pesantren Al-Mansur Popongan dan tarekat Naqsabandiyah Qalidiyah Popongan Klaten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar